Jumat, 21 Agustus 2009

Be Vegetarian to Save Environment and Save the Earth !



This is a part of a report published by the United Nations Food and Agriculture Organization, the livestock sector generates more greenhouse gas emissions as measured in CO2 equivalent – 18 percent – than transport. It is also a major source of land and water degradation.

With increased prosperity, people are consuming more meat and dairy products every year. Global meat production is projected to more than double from 229 million tonnes in 1999/2001 to 465 million tonnes in 2050, while milk output is set to climb from 580 to 1043 million tonnes.

Long shadow>>

The global livestock sector is growing faster than any other agricultural sub-sector. It provides livelihoods to about 1.3 billion people and contributes about 40 percent to global agricultural output. For many poor farmers in developing countries livestock are also a source of renewable energy for draft and an essential source of organic fertilizer for their crops.

But such rapid growth exacts a steep environmental price, according to the FAO report, Livestock’s Long Shadow –Environmental Issues and Options. “The environmental costs per unit of livestock production must be cut by one half, just to avoid the level of damage worsening beyond its present level,” it warns.

When emissions from land use and land use change are included, the livestock sector accounts for 9 percent of CO2 deriving from human-related activities, but produces a much larger share of even more harmful greenhouse gases. It generates 65 percent of human-related nitrous oxide, which has 296 times the Global Warming Potential (GWP) of CO2. Most of this comes from manure.

And it accounts for respectively 37 percent of all human-induced methane (23 times as warming as CO2), which is largely produced by the digestive system of ruminants, and 64 percent of ammonia, which contributes significantly to acid rain.

Livestock now use 30 percent of the earth’s entire land surface, mostly permanent pasture but also including 33 percent of the global arable land used to producing feed for livestock, the report notes. As forests are cleared to create new pastures, it is a major driver of deforestation, especially in Latin America where, for example, some 70 percent of former forests in the Amazon have been turned over to grazing.

What a surprise!
The most serious environmental problems of our time are all directly linked to eating meat. Every minute of every working day, thousands of animals are killed in slaughter-houses. Pain and misery are common. In the US alone, 500,000 animals are killed for meat every hour.

Environmental organizations agree: eating meat wastes natural resources, pollutes the water, destroys topsoil, and contaminates the air for everyone.
A major study a few years ago reconfirmed that those who ate the most meat were also at the greatest risk for heart disease. The correlation between meat consumption and a wide range of degenerative diseases is well founded just like osteoporosis, diabetes, muliple sclerosis and also obesity.

Animal foods are higher in fat than most plant foods, particularly saturated fats. Plants do not contain cholesterol. Organic foods from plants is really healthy foods.
Eating your organic veggies is good for your health, good for the environment, and, of course, good for animals ! So, go organic for your health !

Climate change is in the news. It seems like everyone's "going green." We're glad you want to take action, too. Luckily, many of the steps we can take to stop global warming and climate change can make our lives better. Our grandchildren-and their children-will thank us for living more sustainably. Let's start now and fight global warming. We can start try to reduce our meat consumption step by step today, before we to be vegetarian.



Please make a difference today by pledging to be vegetarian for one week or one month. And if you're already vegetarian, you can help by asking your friends and family to sign the pledge to be vegetarian ! So, be vegetarian to save environment and save the Earth ! Let's go 'SAYANGI BUMI' from now and back to nature !

Senin, 17 Agustus 2009

Sayangi Bumi: Manfaatkan Barang Plastik Bekas Untuk Pot Tanaman

Barang plastik bekas seperti: ember bocor/pecah, wadah bekas cat dinding baik yang 1 liter, 5 liter atau 1 peil (25 liter), wadah bekas air minum kemasan gelas atau botol, pipa pvc bekas potongan, drum air atau drum plastik bekas mulai dari yang kecil sampai dengan yang 200 liter, dan lain sebagainya, jangan dibuang percuma! Ingat semua sampah berbahan dasar plastik tidak mudah hancur, membutuhkan waktu 200 sampai 400 tahun bagi Bumi untuk mengurai sampah plastik ini. Ayo kita gunakan kembali barang-barang plastik tersebut diatas (kegiatan REUSE), sambil kita kreasikan kembali menjadi pot-pot tanaman yang indah (kegiatan RECYCLE). Dengan demikian sedikitnya kita sudah ambil bagian Gerakan kurangi sampah plastik dan menanam pohon secara massal (GO GREEN), untuk menghijaukan dan memperindah lingkungan dimulai dari halaman rumah masing-masing walaupun sekecil apapun luas halamannya. Jangan ragu, ayo mulai menanam pohon hari ini! Semakin banyak pohon yang ditanam oleh warga Bumi (apalagi dilakukan secara serentak), maka semakin banyak Gas Rumah Kaca CO2 yang dapat kita reduksi, dan juga udara di lingkungan kita semakin segar, karena pohon-pohon yang kita tanam merupakan pabrik Oksigen alami. Kita manfaatkan barang-barang bekas untuk wadah pot tanaman, gunakan media tanam dengan menambahkan pupuk alamiah kompos bekas sampah organik atau pupuk kandang, lalu penyiramannya bisa kita manfaatkan air tadahan hujan, air kolam (jika memelihara ikan dsb) atau air bekas mencuci beras, sayur dan buah.

Penggunaan barang bekas merupakan bagian dari kegiatan 'Sayangi Bumi' dalam rangka memerangi Pemanasan Global yang terjadi saat ini (Fight Global Warming, Save the Earth). Lakukan 3 hal: REUSE, REDUCE, RECYCLE dalam kehidupan sehari-hari, kita harapkan laju kecepatan Pemanasan Global dapat direduksi, agar tercipta lingkungan yang lebih baik, yang dapat kita wariskan kepada anak cucu kita.

Ayo bersama-sama kita 'SAYANGI BUMI'.




Wadah plastik cat kedap air dan potongan pipa pvc sisa proyek bisa dijadikan pot tanaman air



Kaleng cat dinding dan wadah bekas air kemasan bisa dijadikan pot tanaman hias dan pembibitan tanaman



Ember plastik bekas pakai yang bocor atau pecah juga bisa dimanfaatkan untuk pot tanaman hias



Plastik bekas wadah cat dinding isi 5 liter bisa dijadikan pot tanaman hias dengan kreasi memberi sobekan vertikal atau diagonal pada selubungnya sehingga memberikan kesan menarik setelah diisi media tanam seperti tanah



Untuk pohon yang lebih besar bisa memanfaatkan drum plastik 200 liter (drum plastik lebih baik dari pada drum kaleng karena bisa hancur karena karat) yang dibelah dua dan diberikan motif gelombang pada saat pemotongan serta diberi finishing cat besi tempa. Drum bekas sangat cocok dijadikan wadah pot tanaman buah yang dikenal dengan 'tabulampot' (tanaman buah dalam pot).

Senin, 03 Agustus 2009

Es Kutub Utara dan Selatan Mencair. Indonesia Rentan Bencana Alam



Sejak tahun 2004 setidaknya sudah 42 persen es di kutub utara semakin menipis dan mencair di setiap musim panasnya, demikian laporan beberapa ilmuwan di lembaga antariksa AS, NASA seperti tertulis pada KOMPAS.com Selasa 21 Juli 2009.

Melalui laporan yang dikirim pesawat antariksa ICESat yang digunakan NASA, para ilmuwan menggambarkan, secara keseluruhan es Laut Kutub Utara menipis sebanyak 7 inci (17.78 centimeter) per tahun sejak tahun 2004, sebanyak 2,2 kaki (0,67meter) selama empat musim dingin. Temuan dilaporkan pada "Journal of Geophysical Research- Ocean". Tanpa lapisan es, perairan gelap Laut Kutub Utara lebih mudah menyerap panas sinar Matahari dan bukan memantulkannya sebagaimana terjadi pada es yang berwarna cerah, sehingga mempercepat dampak Pemanasan Global.

Es Kutub Utara merupakan salah satu faktor yang menentukan pada pola cuaca dan iklim global, karena perbedaan antara udara dingin di kedua kutub Bumi dan udara hangat di sekitar Khatulistiwa menggerakakan arus udara dan air, termasuk arus yang memancar.

Bagaimana dengan Lapisan Es di Kutub Selatan ? Beberapa ilmuwan Selandia Baru telah memperingatkan bahwa Kutub Selatan mencair lebih cepat dari perkiraan. Profesor Peter Barrett dari Antarctic Research Center, Victoria University mengatakan, jumlah es yang hilang mencapai 75 persen sejak tahun 1996. "Hilangnya es global dari Greenland, Antartika dan gletser lain menunjukkan permukaan air laut akan naik antara80 centimeter dan 2 meter sampai tahun 2100", kata Barrett.

Studi terbaru yang dimuat di Journal of Climate American Meteorogical Society's melaporkan bahwa: "Temperatur rata-rata permukaan naik 9,3 derajat Fahrenheit (5,2 derajat Celcius) sampai 2100", kata beberapa ilmuwan di Massasuchusetts Institute of Technology (MIT), dibandingkan studi tahun 2003 yang memperkirakan suhu permukaan rata-rata 4,3 derajat fahrenheit (2,4 derajat Celcius).

Bagaimana dampaknya terhadap Indonesia ? Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Tentu mudah ditebak akan banyak pulau-pulau kecil yang akan hilang dan tenggelam serta pulau besarnya akan kehilangan kota pesisir dan secara keseluruhan luas daratan akan mengecil. Akibat selanjutnya adalah penduduk harus pindah/mengungsi, kekeringan akan semakin parah mengakibatkan musibah gagal panen dan kebakaran, curah hujan semakin ekstrim menyebabkan musibah banjir dan longsor, petani/nelayan akan kehilangan mata pencaharian karena perubahan iklim semakin sulit diprediksi, produk makanan semakin langka, kelaparan dimana-mana, wabah penyakit semakin meluas.

Pada skala dunia, selain hal-hal tersebut diatas terjadi, kenaikan suhu rata-rata Bumi 2 derajat celcius saja, sudah akan membuat Perubahan Iklim semakin kacau, hujan badai angin topan, kekeringan akan semakin sering terjadi, sebanyak 20 sampai dengan 30 persen spesies tumbuhan beserta hewan akan musnah, terutama yang gagal beradaptasi terhadap Perubahan Iklim yang terjadi. Contoh nyata yang akan kita lihat adalah keberadaan beruang kutub yang mungkin tinggal menunggu waktu akan semakin langka dan bahkan akan musnah. Apalagi jika benar-benar suhu permukaan rata-rata akan terjadi sekitar 5,2 derajat Celcius, sungguh hal ini akan mengancam 70 persen tumbuhan dan mahluk hidup di bumi, semua hewan termasuk manusia tanpa kecuali.

Akankah kita tetap berpangku tangan, membiarkan bencana akibat Pemanasan Global (Global Warming) terjadi ? Ayo sesama warga Bumi, kita harus lebih dan ekstra lebih perduli dengan keadaan Bumi yang semakin renta, yang harus kita rawat, kita jaga dan kita sayangi. Ayo kita Sayangi Bumi.