Kamis, 22 April 2010

Catatan di Hari Bumi 22 April: Jangan Biarkan Bumi Menangis !

Hari Bumi ( Earth Day )mulai diperingati dan berkembang secara global, sejak tanggal 22 April 1990. Saat itu sekitar 200 juta orang dari 141 negara di dunia tergerak untuk mengangkat tema lingkungan hidup dan ‘revolusi hijau’ dalam skala global. Hari Bumi 1990 juga menjadi titik tolak terlaksananya KTT Bumi 1992 di Rio de Janeiro.

Untuk pertama kali, Hari Bumi dilaksanakankan tanggal 22 April 1970, saat berkumpulnya ratusan ribu orang memadati Fifth Avenue di New York diikuti sekitar 1500 perguruan tinggi dan 10.000 sekolah yang turut berpartisipasi dalam unjuk rasa di New York, Washington dan San Fransisco. Majalah Time memperkirakan sekitar 20 juta orang turun ke jalan pada hari itu untuk memulai sebuah “Revolusi Hijau”. Aksi ini merupakan jawaban dari gagasan gerakan lingkungan hidup tahun 1969 yang disampaikan oleh Senator Gaylord Nelson dari Wisconsin, Amerika Serikat.

Bumi yang kita huni, merupakan salah satu planet dalam Sistem Tata Surya, dan selalu berputar mengelilingi sebuah bintang besar yang disebut Matahari. Bumi terbentuk sekitar 4,6 milyar tahun yang lalu dari gas dan debu panas menjadi bola lahar yang kemudian mendingin dengan suhu dipusatnya sekitar 5.500 derajat Celcius.

Saat kerak Bumi terbentuk, gas terlepas dari dalam Bumi membentuk gelembung gas membentuk lapisan yang disebut atmosfer, sehingga udara, awan serta air pun terbentuk. Pada akhirnya makhluk hidup muncul, dimulai dari lautan kemudian bergerak ke daratan berupa tumbuhan dan binatang. Melalui proses evolusi terus menerus yang berlangsung lama, maka terbentuklah Bumi sebagaimana yang kita lihat sekarang ini.

Bumi merupakan satu-satunya planet yang bisa dihuni, di antara planet lain pada Sistem Tata Surya kita yang disebut galaksi Bimasakti. Dalam sistem yang lama terdapat sembilan planet yang mengelilingi Matahari yang terdiri dari: Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus dan Pluto. Pada perkembangan terakhir, para astronom sepakat untuk mengelompokkan Pluto sebagai planet kerdil/katay (dwarf planet) bersama dengan: Ceres, Sedna dan 2003 UB313(Eris), sehingga jumlahnya menjadi ‘dua belas planet’ (Sumber: astronomy-pictures.net).

Fakta dan hal lain tentang Bumi:
Luas permukaan bumi adalah 510 juta km2 yang terdiri dari :
Luas daratan : 149 juta km2 (29%)
Luas laut dan samudera : 361 juta km2 (71%)
Isi bumi : 1.083.230 juta km2
Berat bumi : 5.976 juta juta juta ton
Tempat tertinggi : Puncak Everest (8848 m diatas permukaan laut)
Tempat terdalam : Palung Mariana (11.035 m dibawah permukaan laut)
Suhu inti bumi : 5.500 derajat C.
Tekanan pada inti bumi : 3,5 juta atm
Jari-jari pada equator : 6378,1 km
Jari-jari pada kutub : 6356,8 km

Manusia sebagai salah satu makhluk hidup yang menjadi penduduk di Bumi, adalah pelopor bagi kemajuan peradaban Bumi dan secara sengaja atau tidak sekaligus berperan pada proses kerusakan alam dan lingkungan di Bumi. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sampai internet, sangat mengglobal sehingga batas ruang dan waktu semakin tak terasa. Di sisi lain, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya seperti terpenuhinya sandang, pangan dan papan, tidak jarang berakibat rusaknya lingkungan sehingga Bumi semakin tergerus.

Diperkirakan pada tahun 2016 jumlah penduduk bumi akan sebanyak 8 miliar orang. Coba lihat, dengan jumlah penduduk sebanyak itu padahal luas daratan yang ada cuma 149 juta km2, maka akan banyak masalah yang akan dihadapi penghuni planet Bumi ini, yaitu berupa: masalah perumahan, kesehatan, pangan, lingkungan, lapangan kerja, tanah, kemiskinan, perang, dan sebagainya.

Beberapa catatan dan fakta-fakta tentang kerusakan yang terjadi di Bumi, yang sebagian besar terjadi akibat ulah manusia adalah sebagai berikut:

-Penggundulan hutan untuk dijadikan pembukaan areal pemukiman, ladang peternakan dan perkebunan baru dsb. (Sekitar 10 ribu tahun yang lalu hutan alam di Bumi diperkirakan mencapai 6,2 milyar hektar namun kini hanya tersisa tidak lebih dari 2 milyar hektar)

-Penebangan pohon hutan untuk dijadikan bahan baku bagi industri bangunan, furniture, kertas, dsb

-Kerusakan hutan akibat pembalakan liar (illegal logging) dan kebakaran hutan

-Kerusakan alam akibat berbagai jenis pertambangan (minyak bumi, batu bara, emas, timah sampai pasir dsb yang meninggalkan bekas galian mengakibatkan kerusakan lingkungan seperti luka pada Bumi).

-Berkurangnya keanekaragaman hayati di Bumi sebagai akibat langsung dari berkurangnya hutan di Bumi. Menurut data dari WWF, sebuah LSM internasional yang bergerak dalam bidang pelestarian keanekaragaman hayati, setiap harinya di planet ini 50 sampai 100 jenis spesies makhluk hidup lenyap dari muka bumi akibat berbagai perubahan alam karena ulah manusia

-Aktivitas manusia yang mengakibatkan hancurnya lapisan ozon dan menumpuknya gas rumah kaca penyebab pemanasan global (global warming) dan perubahan iklim (climate change). Gas-gas tersebut antara lain : CO2 (banyak dihasilkan dari sisa pembakaran minyak bumi), CFC (digunakan sebagai bahan pendingin pada ac dan kulkas serta hair spray), Halon,N2O dan Methan (CH4).

-Kerusakan lingkungan akibat polusi pada udara (akibat emisi kendaraan, industri, kebakaran hutan dsb), polusi pada air (akibat limbah industri, sampah dsb) dan pokusi pada tanah (akibat limbah kimia, sampah dsb)di Bumi.

-Kerusakan alam akibat limbah B3. Menurut UNEP (United Nation Environment Program – Badan di PBB yang menangani masalah program lingkungan hidup), limbah B3 (bahan beracun berbahaya) yang dihasilkan oleh berbagai sisa industri pertahunnya mencapai jumlah 400 juta ton. Sebagian besar mengalami perpindahan antar Negara dari negara industri ke negara-negara yang sedang berkembang yang belum mempunyai peraturan ketat masalah limbah B3, termasuk Indonesia.

-Kerusakan lingkungan akibat menumpuknya sampah anorganik seperti plastik, aluminium foil, steroform, besi, kaca, kulit, kain dan sebagainya. Untuk diketahui khusus untuk sampah plastik baru bisa hancur diurai oleh Bumi setelah minimal 200 tahun.

Dan masih banyak kerusakan lingkungan di Bumi lainnya, yang membuat Bumi menangis, karena kalau semua kerusakan-kerusakan di atas tetap dibiarkan, akan menjadi malapetaka dan bumerang bagi manusia sendiri yang akan turut hancur bersama Bumi sebagai rumah besar tempat untuk dihuninya.

Pada kesempatan hari Bumi ini, ayo kita tingkatkan kepedulian terhadap keadaan di Bumi, ayo Sayangi Bumi, perbaiki lingkungan sekitar kita, selamatkan Bumi mulai dari sekarang ! (Save Environment, Save The Earth !) Hijaukan Bumi, dengan menanam pohon mulai hari ini, serta bertindak ramah lingkungan agar Bumi kita tetap nyaman untuk dihuni bersama.

Untuk kita renungkan Bumi yang cuma satu ini adalah rumah bersama yang dititipkan Tuhan Sang Pencipta untuk anak cucu kita nanti. Kata ‘dititipkan’ lebih tepat digunakan daripada kata ‘diwariskan’ yang bisa diartikan bisa dipakai atau dihabiskan semau yang menerima warisan.

Banyak catatan-catatan yang seharusnya jadi perhatian kita tentang Bumi yang cuma satu ini. Intinya Jangan Biarkan Bumi Menangis, seperti yang pernah juga dijadikan lagu oleh almarhum Michael Jackson pada lagu: Earth Song, yang bisa kita lihat pada video dari YouTube berikut ini,


What about sunrise
What about rain
What about all the things
That you said we were to gain.. .
What about killing fields
Is there a time
What about all the things
That you said was yours and mine...
Did you ever stop to notice
All the blood we've shed before
Did you ever stop to notice
The crying Earth the weeping shores?


Aaaaaaaaaah Aaaaaaaaaah

What have we done to the world
Look what we've done
What about all the peace
That you pledge your only son...
What about flowering fields
Is there a time
What about all the dreams
That you said was yours and mine...
Did you ever stop to notice
All the children dead from war
Did you ever stop to notice
The crying Earth the weeping shores

Aaaaaaaaaaah Aaaaaaaaaaah

I used to dream
I used to glance beyond the stars
Now I don't know where we are
Although I know we've drifted far

Aaaaaaaaaaah Aaaaaaaaaaaah
Aaaaaaaaaaah Aaaaaaaaaaaah

Hey, what about yesterday
(What about us)
What about the seas
(What about us)
The heavens are falling down
(What about us)
I can't even breathe
(What about us)
What about the bleeding Earth
(What about us)
Can't we feel its wounds
(What about us)
What about nature's worth
(ooo,ooo)
It's our planet's womb
(What about us)
What about animals
(What about it)
We've turned kingdoms to dust
(What about us)
What about elephants
(What about us)
Have we lost their trust
(What about us)
What about crying whales
(What about us)
We're ravaging the seas
(What about us)
What about forest trails
(ooo, ooo)

Sumber : Artikel dari Fak Geografi UGM dan Impala Unibraw, Video dari YouTube

Jumat, 26 Maret 2010

Hutan Hilang Banjir dan Longsor Datang: Jangan Lupa Dukung ‘Earth Hour’… !


Laju hilangnya hutan Indonesia dalam 50 tahun terakhir sungguh sangat mengkhawatirkan. Kerusakan sampai dengan hilangnya hutan terjadi karena penebangan liar (illegal logging), HPH yang kurang memperhatikan laju pertumbuhan pohon, kebakaran hutan serta alih fungsi hutan menjadi areal pemukiman dan perkebunan.

Sebagai gambaran, sejak tahun 1996 laju hilangnya hutan kita mencapai 2 juta hektar per tahun atau seluas lebih dari 3 kali kota Jakarta atau jika dirata-rata mencapai 6 kali luas lapangan sepak bola per menitnya…!!! Sungguh sebuah angka fantastis dan mengerikan.

Oleh karenanya, tidaklah mengherankan jika pada puncak musim hujan kali ini, bencana banjir dan longsor terjadi di berbagai tempat di Indonesia, baik di Pulau Jawa, Sumatera mau pun Kalimantan.

Pada kasus banjir Karawang dan Bandung Selatan yang terus berulang, kerusakan dan hilang atau gundulnya hutan terlihat simultan mulai dari hulu sampai hilir pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum, demikian juga dengan jaringan irigasi yang mengikutinya. Dengan kondisi alam seperti itu, dipastikan hutan tak mampu lagi menahan curah hujan tinggi dan memicu Bendungan Cirata, Saguling, dan Jatiluhur meluap serta membanjiri daerah hilir, seperti Karawang dan Bekasi.

Jika keadaan ini dibiarkan, kondisi ini akan mengancam ketahanan pangan Jawa Barat, salah satu lumbung padi nasional. Coba lihat, akibat banjir Citarum kali ini, sekitar 250 km atau 70 persen dari total 350 km jaringan irigasi di Jabar saat ini sudah tidak berfungsi. Akibatnya, saluran irigasi tidak optimal menyalurkan air dari sungai.

Kerusakan saluran pembuangan terparah terjadi di Kabupaten Bandung dan kawasan pertanian di pesisir utara Jabar, yaitu Karawang, Cirebon, hingga Indramayu, mencapai luasan 817 hektar dan tersebar di tujuh kecamatan, yakni Teluk Jambe Timur (180 ha), Karawang Barat (9 ha), Klari (5 ha), Ciampel (67 ha), Teluk Jambe Barat (130 ha), Batujaya (32 ha), dan Pakisjaya (342 ha). Usia padi 1-10 hari (persemaian) dan sekitar 50 ha usia 11-100 hari, hampir bisa dipastikan akan mengalami gagal panen.

Selain pertanian, banjir juga telah menghambat pergerakan roda ekonomi karena turut terendamnya sebagian sentra industri Baleendah Bandung dan pemukiman penduduk di sekitar 22.000 rumah pada 35 desa di 10 kecamatan yang terendam banjir di Karawang, Jawa Barat. Bencana Banjir Lumpur (galodo) dan tanah longsor juga dialami di Kabupaten Solok (16/3), Kabupaten Limapuluh Kota, Kota Payakumbuh, serta Kabupaten Tanah Datar pulau Sumatera. (Sumber berita: Kompas cetak tanggal 24-26/3 halaman 1)

Kerusakan lingkungan dan hutan hulu DAS menjadi faktor utama penyebab terjadinya banjir, selain itu faktor curah hujan di atas rata-rata selama beberapa hari karena cuaca ekstrim mengakibatkan air hujan kurang bisa diserap oleh tanah sekitar hulu DAS menjadikan tumpahan air hujan seperti digelontor langsung ke sungai dan waduk yang ada.

Tingginya curah hujan di kawasan Bandung dikuatkan oleh laporan yang disampaikan prakiraan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. Sejak Februari hingga Maret, curah hujan lebat kerap terjadi, terutama pada sore hari, dan beberapa kali disertai dengan hujan es. Potensi hujan semacam ini masih bisa berlangsung sampai dengan akhir April 2010 ini, oleh karenanya tetap waspadalah…!.

Masalah cuaca ekstrim berupa hujan badai, angin puting beliung, tidak terlepas dari peristiwa Pemanasan Global (global warming) dan Perubahan Iklim (climate change) yang terjadi di Bumi kita, sekarang ini. Sehubungan dengan itu, tidak ada kata terlambat untuk menyelamatkan sisa hutan yang ada.

Ayo kita lakukan langkah-langkah kecil untuk mencegah pemanasan Global, seperti: melakukan penghijauan lingkungan mulai dari halaman rumah masing-masing, bijak menggunakan barang yang diolah dari kayu hutan seperti kertas, tissue dan sebagainya, gunakan kembali barang-barang (reuse), penghematan barang (reduce), daur ulang (recycle) dan yang tidak kalah pentingnya melakukan hemat BBM, hemat air dan hemat listrik.

Matikan listrik selama satu jam saat Earth Hour.

Berkaitan dengan hemat listrik, kita dukung kampanye global ‘Earth Hour’ dengan cara mematikan listrik selama 1 jam pada hari Sabtu 27 Maret 2010, mulai pukul 20.30 sampai dengan pukul 21.30.

Earth Hour ini merupakan kampanye World Wildlife Fund yang dimulai pada tahun 2007 dan telah berhasil mengajak jutaan orang untuk berpartisipasi. Bahkan, pada tahun 2009 miliaran orang turut ambil bagian di 4.000 kota di 88 negara di Bumi.

Kota Jakarta untuk kedua kalinya akan berpartisipasi dalam kampanye Earth Hour 2010. Gedung-gedung dan monumen khas Jakarta seperti Monumen Nasional dan Baiai Kota serta Bundaran Hotel Indonesia dan banyak gedung di kawasan segitiga emas tahun lalu sukarela memadamkan dan akan padam lagi pada saat jam tersebut dan diharapkan bisa diikuti ke semua wilayah Jakarta. Dan setelah Jakarta menjadi pelopor, acara Earth Hour diharapkan dapat diikuti secara massal oleh kota-kota besar lainnya di Indonesia. Pemerintah Kota Yogyakarta, Surabaya, dan Bali juga telah menyatakan dukungannya terhadap program penyelamatan lingkungan ini.

Jika Earth Hour 2009 menghasilkan penghematan listrik 50 megawatt, acara serupa yang disponsori tahun ini ditargetkan dapat menghemat listrik 100 megawatt. Penghentian penggunaan listrik selama satu jam itu diperkirakan juga dapat mengurangi emisi karbon dioksida (CO) penyebab Pemanasan Global sebanyak 260 ton.

Ayo kita simak video kampanye Earth Hour 2010, yang dibuat WWF berikut ini, dan jangan lupa dukung dengan mematikan lampu selama 1 jam, yaa hanya 1 jam. Jika saudara kita di Bali bisa melaksanakan Hari Nyepi selama 1 hari penuh tanpa listrik, kita pasti bisa melakukannya hanya 1 jam, demi kebaikan Bumi kita yang cuma satu ini.
Ayo kita Sayangi Bumi, ayo kita peduli Bumi...!!!


Sumber berita: Kompas Cetak
Sumber video: WWF YouTube,
Informasi lengkap Earth Hour WWF di http://www.earthhour.wwf.or.id/

Rabu, 10 Maret 2010

Humor Serius Penghijauan Lingkungan: Katakan Cinta Dengan Bunga… Berikut Pohonnya !!!


Ingin tahu cara mengutarakan perasaan cinta yang ramah lingkungan…? Bisa dicoba yang ini, berilah bunga kesayangan sang kekasih atau camer (calon mertua), tapi jangan cuma bunganya, berikan komplit dengan pohonnya, jika perlu berikut dengan potnya yang indah. Yang ini bunga beneran lho, bukan bunga bank… tapi kalo bunga yang terakhir disebut ini diikutsertakan juga sebagai bonus tambahan, mungkin bisa ‘tokcer’ juga…hehehe. Hal lainnya, jenis bunga juga turut menentukan. Janganlah memberikan bunga bangkai, selain baunya yang tidak sedap seperti bangkai, cari pohonnya juga susah kaleee..dan yang pasti tidak boleh diambil sembarangan karena dilindungi oleh Negara sebagai puspa langka.


Ada alasan yang sangat rasional tentang pemberian bunga berikut pohonnya ini, yaitu jika bunga petik hanya akan bertahan dalam hitungan hari, bahkan cuma beberapa jam, tapi jika tetap dipohonnya, bisa bertahan lebih lama, lebih segar, lebih indah, alamiah dan yang pasti sangat ramah lingkungan karena mempunyai kesempatan untuk terus berfotosintesis menetralisir gas emisi CO2 penyebab pemanasan global, sekaligus memproduksi oksigen yang sangat menyegarkan udara dan pernafasan kita.

Mengutarakan perasaan cinta kepada seseorang bisa dilakukan dengan berbagai cara. Bisa dengan rangkaian puisi yang indah ataupun lagu yang mendayu-dayu sampai membuat pasangan ‘klepek-klepek’. Memberikan paket pohon bunga, pohon buah atau pun pohon hias pada saat ini, dimana dampak negatif pemanasan global dan perubahan iklim sudah sangat kita rasakan, sangat bermanfaat langsung, tidak hanya pada orang yang menerimanya tapi juga bermanfaat bagi Bumi...!!!

Cinta yang dimaksud disini bersifat sangat universal, tidak hanya menyangkut perasaan manusia yang sedang kasmaran, tetapi lebih dari itu. Kita bisa memberikan bibit pohon kepada siapa saja… selain kekasih, calon mertua bisa juga kepada teman, saudara, relasi bisnis, atau siapa pun Dan agar pemberian dan penanaman pohon ini lebih mempunyai makna yang lebih berarti, bisa kita kaitkan pada segala kejadian yang mengikuti hidup dan kehidupan kita. Misalnya bisa dimulai dari saat pernikahan, kelahiran anak, ulang tahun, hari bumi, hari lingkungan hidup dan saat-saat istimewa lainnya, dan bahkan kita bisa menyumbang bibit pohon atas nama keluarga kita yang sudah meninggal… !! Sehingga seiring dengan berjalannya waktu, pohon tersebut turut menjadi saksi sejarah dari orang maupun keluarga yang bersangkutan.


Program One Man One Tree (satu orang menanam satu pohon), pernah dicanangkan Presiden SBY pada Hari Penanaman Pohon Nasional tanggal 28 November 2008 di Cibinong, Jawa Barat dan ditindaklanjuti dengan surat edaran Menteri Kehutanan RI, Nomor S.87/Menhut-V/2009 Tangggal 10 Februari 2009 kepada seluruh provinsi, agar turut mensukseskan program ini. Dengan target asumsi jika seluruh penduduk Indonesia mengikuti program ini, maka Negara kita bisa menambah pohon sedikitnya 230 juta pohon per tahunnya sejak program ini efektif diberlakukan sepanjang tahun 2009. Sungguh suatu jumlah yang sangat signifikan dan bermanfaatnya bagi hijau, sehat dan indahnya Bumi Pertiwi.

Berkaitan dengan itu, ada beberapa kebijakan unik dan kreatif yang diterapkan di beberapa daerah, misalnya Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kuningan, mengeluarkan kebijakan peduli lingkungan antara lain: Pepeling (Pengantin peduli lingkungan), rehab situ dan pembangunan embung air, PHBM (Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat) Kolaboratif, pembangunan Kebun raya Kuningan, pelestarian satwa dan ikan, dan Kuningan Car Free Day.

Khusus dalam program Pepeling, tiap calon pengantin dianjurkan menyediakan 5 sampai 10 bibit pohon sebagai penyerta mahar. Bibit pohon tersebut diserahkan ke petugas pencatat pernikahan untuk ditanam di lahan kritis di daerahnya atau di lahan kosong milik sendiri, dan sebagai penanda, bibit pohon diberi label nama pengantin dan tanggal pernikahan. (Sumber berita: Kompas cetak 10/03/2010 hal.19)

Di Kabupaten Gresik lain lagi, melalui Peraturan Bupati (Perbub) Nomor 19 tahun 2008, ditegaskan setiap ada orang meninggal ahli warisnya wajib menanam pohon produktif atau pohon penghijauan sebagai kompensasi mendapat dana santunan kematian Rp 1 juta. Sedangkan setiap pegawai negeri sipil yang naik pangkat atau jabatan juga diwajibkan menanam satu pohon di lingkungan sekitarnya atau tempat umum.

Sebelumnya program penanaman yang disebut pohon jariyah sudah diterapkan berupa himbauan sejak tahun 2006 lalu. Hingga saat ini jumlah pohon yang sudah tertanam sebanyak 145.930 pohon. Jumlah pohon jariyah dari program santunan kematian sebanyak 18.167 pohon, dari unsur lainnya sudah tertanam 127.763 pohon. ( Selengkapnya baca: Warga Meninggal Ahli Waris Wajib Tanam Pohon dari Kompas.com )

Pada artikel humor yang lalu, penulis pernah mengungkapkan contoh sederhana untuk melaksanakan program ‘One Man One Tree’ ini. Jika satu keluarga memiliki dua anak, maka sebaiknya pada halaman rumah keluarga ini, minimal punya empat pohon utama yang terdiri dari dua pohon mewakili orang tua dan dua pohon mewakili anak.
Jadi jika si ayah bernama Firman, si ibu bernama Cinta dan dua anaknya bernama Kasih dan Sayang, boleh saja pohon tersebut kita sebut sebagai Pohon Firman, Pohon Cinta, Pohon Kasih dan Pohon Sayang, apa pun jenis pohonnya bisa berupa pohon hias, pohon bunga atau pun buah. Sungguh sangat indah bukan…?!


Penerapan program ini sangat mudah, bisa dikaitkan dengan peristiwa penting dari suatu keluarga yang mau untuk peduli lingkungan. Saat menjelang atau setelah pernikahan, luangkan waktu untuk menanam dua buah pohon yang bisa ditanam di halaman rumah jika cukup luas atau jika kurang memungkinkan cukup tanam di dalam wadah pot. Kedua pohon ini bisa menjadi saksi sejarah perjalanan hidup pasangan baru ini, oleh karenanya sudah seharusnya dirawat dengan menyiram dan memberi pupuk secara teratur agar bisa tumbuh dan berkembang dengan baik.


Dalam perjalanan hidup selanjutnya, jika pasangan baru ini dipercayakan Tuhan ‘dititipkan’ anak, maka ada baiknya peristiwa ini ditandai dengan penanaman pohon juga sebagai wujud ‘titipan’ kita terhadap Bumi yang lebih baik demi masa depan anak dan cucu kita juga, nantinya. Jadi ada penanda pada setiap peristiwa penting yang dilalui dengan pohon yang ditanam.



Saat mulai buat blog SAYANGI BUMI ini dan bergabung dengan Kompasiana tanggal 5 Juni 2009 bertepatan dengan Hari Lingkungan Hidup sedunia, penulis mengajak para pembaca untuk mulai menanam pohon, lewat artikel perdana yang berjudul: Sayangi Bumi: Ayo Tanam Pohon Hari ini, Peristiwa ini diabadikan dengan menanam pohon bunga kamboja dadu yang sebelumnya disiapkan bibitnya melalui stek batang dan pohon buah jambu cingcalo yang juga bibitnya telah disiapkan melalui cangkokan. Pohon tersebut ditanam di halaman depan rumah, dan tentunya bisa jadi ‘monumen pohon hidup’ sebagai pengingat sekaligus menghijaukan lingkungan.



Pada suatu kesempatan penulis, mengajak ibu mertua yang senang koleksi anggrek ke TMII, terus mampir ke sentra pohon anggrek dan membeli beberapa pohon sebagai ‘paket hadiah’ oleh-oleh. Karena memang cukup telaten, maka si anggrek pun beranak pinak dan kemudian paket anggrek tersebut, pada akhirnya anaknya dipaket balik diberikan kembali untuk menambah koleksi di rumah penulis. Pada kesempatan lain, penulis dapat paket pohon Naga dari kenalan sekaligus client. Oleh karena dia sedang mencari pohon palem merah setinggi 4 meteran yang kebetulan ada di taman rumah yang sedang di tata ulang… yaa jadilah rumpun palm merah tersebut di paket barter untuknya.

Kegiatan tukar menukar pohon semakin sering dilakukan mengingat adik kandung dan adik sepupu penulis, punya minat kegemaran yang sama yaitu berkebun. Dengan menerima paket, barter ditambah pembibitan, pembelian bibit pohon serta aksi tanam pohon yang cukup rutin, akhirnya tidak terasa koleksi pohon di halaman dalam plus depan rumah penulis, sudah mencapai lebih dari 50 jenis pohon yang terdiri dari pohon buah, bunga, hias dan bahkan pohon apotik hidup turut menghijaukan dan menyegarkan suasana di halaman maupun di dalam rumah.

Pada saat mengikuti Konferensi Perubahan Iklim (COP 15) Kopenhagen, Denmark, tanggal 7-18 Desember 2009 pemerintah mentargetkan penurunan emisi CO2 sebesar 28 % per tahun 2020. Untuk mencapai target tersebut, dalam acara Musyawarah Nasional Palang Merah Indonesia ke-19 di Jakarta, Senin 21 Desember 2009, Presiden SBY mentargetkan penanaman 1 miliar pohon tiap tahun mulai tahun 2010.
Departemen Kehutanan melalui siaran pers yang keluarkan oleh pada tanggal 15 Januari 2010 yang lalu, mengumumkan bahwa. penanaman dan pemeliharaan pohon sejumlah 1 miliar pohon, bertujuan untuk perbaikan lingkungan, rehabilitasi hutan, lahan, tanah dan air, serta mengendalikan bencana banjir, longsor dan kekeringan.

Untuk memenuhi penyediaan bibit sebanyak 1 miliar pohon, direncanakan sumber bibit berasal dari (1) Sumber anggaran DIPA BA tahun 2010 sebanyak 36 juta batang, (2) Partisipasi para pihak, seperti swasta, BUMN, LSM, Pemda dan lembaga donor, sebanyak 300 juta batang, (3) Hutan Kemasyarakatan dan Hutan Desa, seluas 500.000 ha (200.000 ha di Hutan Lindung dan 300 ha di Hutan Produksi), dengan jumlah bibit keseluruhan 320 juta batang, (4) RHL DAS seluas 300.000 ha dengan jumlah bibit 300 juta batang, (5) Hutan Rakyat Kemitraan seluas 50.000 ha dengan jumlah bibit 50 juta batang.
Semoga saja angka-angka tersebut bisa terealisasi dan dalam waktu 5 sampai 10 tahun mendatang, bangsa Indonesia akan menikmati indahnya bumi Indonesia yang semakin hijau berseri.

Gerakan penghijauan (Go Green) memang harus terus menerus kita lakukan untuk menetralisir gas emisi CO2 yang konsentrasinya semakin menumpuk di atmosfer bumi membentuk lapisan yang mengakibatkan terjadinya pemanasan global (global warming) dan perubahan iklim (climate change) di Bumi kita saat ini

Dan untuk mereduksi bahkan menghentikan laju kecepatan pemanasan global yang sederhana dan sangat mudah kita jalani ya… program menanam pohon satu orang satu pohon (one man one tree) ini dan jika targetnya ditingkatkan dari 230 juta menjadi 1 milyar pohon pertahun, maka tidak ada salahnya untuk tahun 2010 ini program satu orang satu pohon menjadi satu orang menanam empat atau lima pohon. Sebenarnya masih cukup mudah, jika kita mau melakukannya. Selain itu masih ada 1001 cara yang bisa kita lakukan demi hijaunya Bumi kita dan partisipasi kita untuk turut serta mengatasi pemanasan global dimulai dari rumah masing-masing seperti yang bisa dilihat disini.

Berbagai bencana alam seperti banjir, tanah longsor, hujan badai, angin puting beliung, gempa bumi dan sebagainya semakin sering terjadi di Bumi akibat pemanasan global dan perubahan iklim sekarang ini. Es di Kutub Utara dan Kutub Selatan pun perlahan dan pasti mencair dengan kecepatan yang sangat mengkhawatirkan sejak tahun 1996 dan masih terus berlangsung sampai saat ini. Jika segenap warga Bumi tidak mau tahu dan peduli tentang ini, maka bukannya tidak mungkin segala keaneka ragaman hayati termasuk manusia didalamnya akan turut musnah di telan bencana alam suatu saat nanti. Baru-baru ini, Minggu 07/03 The SUN melaporkan fenomena alam lain yang terjadi pada gunung salju di Antartika yang seolah sedang menangis darah, coba lihat foto dan laporannya disini.




Kembali ke pokok bahasan pada judul artikel ini, ‘Katakan Cinta dengan Bunga…Berikut Pohonnya !!!’ atau bisa juga diperluas dengan ‘Katakan Sayang dengan Memberi Buah…Berikut Pohonnya !!!’ Dengan melakukan ini, pasti dapat simpati dari Sang Kekasih atau Sang Camer (Calon Mertua) dan bahkan BUNGA dan BUAH pun pasti akan tersenyum senang karenanya. Tidak Percaya ?! Ayo kita tanyakan langsung… kepada BUNGAtiyem atau BUWAHyuni yang sudah menerima parsel khusus pohon bunga yang indah dan pohon buah segar dari sang calon menantu kesayangannya…!!!

Saatnya bertindak demi kebaikan Bumi dengan menghijaukan lingkungan, mulai dari diri sendiri, kita mulai dari lingkungan kita sendiri, kita mulai dari sekarang, agar Bumi tetap hijau indah, serta bisa kita wariskan sampai anak dan cucu kita nanti.

Salam humor dan tetap SAYANGI BUMI serta peduli lingkungan, demi Bumi yang cuma satu…!!!


Sumber Logo dari Dephut.go.id
Ilustrasi foto adalah dokumen pribadi.

Selasa, 09 Maret 2010

Fenomena Alam: Bumi Antartika Menangis Darah...!!!


Sebuah fenomena alam yang langka kembali terjadi.
Sebuah gunung es yang terdapat di Antartika, yaitu Gunung es Taylor mengeluarkan air berwarna merah darah. Aliran air keluar dari pecahan es yang membentuk celah kecil di permukaan es berwarna putih dan seolah membentuk air terjun, menjadikan gunung es tersebut seolah menangis mengeluarkan darah.

Warna merah yang mengalir terus tentunya bukanlah darah asli. Hal ini terjadi karena
campuran air dengan zat besi yang tersembunyi di bawah permukaan gunung. Air itu sendiri berasal dari sebuah danau kuno yang terletak sekitar 762 meter di dalam gunung es. Demikian diberitakan The Sun, Minggu (07/03/2010).

Selain itu, para peneliti menyatakan warna merah juga disebabkan ekosistem mikroba yang tersimpan di dalam tanah selama 2 juta tahun dan berevolusi tanpa panas, cahaya, atau pun oksigen. Akhirnya bakteri dari zat tersebut mendaur ulang asam sulfat sebagai sumber energi mereka.

Air ini temperaturnya sangat dingin hingga mencapai minus 5 derajat celcius dan para ahli menilai air ini terlalu asin dan sulit untuk membeku. Air semacam ini sebelumnya hanya dapat ditemui di permukaan planet Mars.

Semoga fenomena alam ini bukan merupakan pertanda bahwa Bumi memberi sinyal alarm baru dari segala bencana alam yang terjadi akibat pemanasan global dan perubahan iklim sekarang ini. Namun tidak ada salahnya, kita tingkatkan terus kepedulian kita kepada Bumi kita yang cuma satu ini. Ayo kita SAYANGI BUMI, mulai saat ini, dimulai dari diri sendiri melalui 1001 langkah-langkah kecil yang bisa kita lakukan dimulai dari rumah masing-masing, agar Bumi tetap bisa diwariskan sampai anak cucu kita nanti.

Sumber berita dari Okezone.com 07/03/2010

Minggu, 28 Februari 2010

Penghijauan Lingkungan Sebagai Solusi Utama Agar Jakarta Tidak Terkena Banjir Besar Lagi

Lagi-lagi bencana akibat kerusakan alam dan lingkungan terjadi di puncak musim hujan kali ini. Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi) terkena banjir, di sekitar Jawa Barat lainnya seperti Karawang, Indramayu tidak luput dari banjir dan bahkan Bandung Selatan dilanda banjir besar disertai bencana tanah longsor.

Banjir Besar Jakarta telah terjadi pada tahun 2002, 2007, dan kalau mengikuti siklus lima tahunan banjir besar akan terjadi lagi tahun 2012. Namun pada kenyataannya pada tahun 2008 juga terjadi dan memang terjadi lagi di tahun 2010 ini, sehingga siklusnya maju menjadi dua tahunan. Kampung Pulo sempat banjir sampai 3 meter dan merupakan areal terparah banjir Jakarta tahun ini. Banjir terjadi akibat pintu air Manggarai tidak sanggup menerima limpahan banjir kiriman dari areal hulu Bopunjur (Bogor, Puncak dan Cianjur) via pintu air Katulampa. Kesemua banjir tersebut diawali dengan hujan lebat malam dan dini hari kadang berlanjut hingga pagi hari di daerah hulu, dan akan semakin parah menjadi banjir besar, jika ditambah hujan yang terus menerus secara lokal di Jakarta. (Lihat artikel Waspadai Banjir Besar Jakarta: Antara Prediksi BMKG dan Ramalan Mama Lauren)

Dibutuhkan kebijakan yang serius, menyeluruh dalam arti tidak setengah-setengah untuk mengatasi banjir di Jakarta ini, selain letak geografisnya yang memang kurang menguntungkan karena berada di dataran rendah dekat pantai, masih banyak hal yang menyebabkan terjadinya banjir di Ibu Kota Jakarta.


Namun pasti ada solusi untuk mengatasi masalah banjir yang terus berulang, bukan hanya lima tahunan menjadi dua tahunan dan jangan sampai menjadi acara tahunan yang sungguh memalukan, mengingat posisi Jakarta yang sangat strategis sebagai Ibu kota Negara dan pintu gerbang utama Indonesia. Pada peristiwa banjir besar Jakarta yang lalu, kegiatan ekonomi ibukota nyaris lumpuh total. Jalan tol Bandara Sukarno Hatta pun tak terhindar dari banjir yang mengakibatkan jadwal penerbangan jadi turut banyak yang dibatalkan. Penghijauan Lingkungan adalah solusi utama untuk mengatasi banjir besar Jakarta agar tidak terus terulang lagi dan terulang lagi.

Penghijauan Lingkungan sebagai area resapan air dan paru-paru kota.
Untuk mendukung habitat lingkungan perkotaan, menurut PBB, idealnya disediakan ruang terbuka hijau sekitar 30 % dari luas kota yang bersangkutan. Kota Jakarta sekarang ini hanya memiliki ruang terbuka hijau tidak lebih dari 10 %. Minimnya area resapan air mengakibatkan aliran air hujan di permukaan tanah akhirnya akan menggenang dan menimbulkan banjir.

Selain berfungsi sebagai area resapan air dan ruang interaksi sosial, ruang terbuka hijau ini semakin penting artinya dalam mendukung program ‘Go Green’ dalam rangka mengatasi Pemanasan Global (Global Warming) dan Perubahan Iklim ( Climate Change) yang dialami Bumi kita, sekarang ini. Selain itu juga penghijauan berperan sebagai paru-paru kota dan menyerap polusi udara terutama gas emisi CO2 yang konsentrasinya semakin menumpuk di atmosfer Bumi membentuk lapisan yang menyebabkan suhu di Bumi semakin panas.



Hutan dan taman kota seperti di Monas dan taman lingkungan seperti Taman Menteng dan yang lainnya, sangat diperlukan bahkan diperbanyak agar penghijauan di Kota Jakarta mencapai prosentase ideal atau setidaknya mendekati ideal angka 30 %.


Kebijaksanaan Ancol mengubah lapangan golf seluas 33,6 ha menjadi wahana “Ecopark” demi mewujudkan ‘Green Ancol’ pastinya lebih bermanfaat secara lingkungan. Hari Rabu (24/02) pagi, para siswa sekolah dasar di sekitar Ancol yang berjumlah ratusan murid dikerahkan untuk target menanam 10.000 pohon. Kegiatan ramah lingkungan semacam ini patut didukung dan kita apresiasi.

Di bekas lapangan golf ini, segera dibangun wahana ecopark yang berbasis edutainment. Ecopark akan dilengkapi berbagai sarana yang bisa dimanfaatkan bagi pendidikan lingkungan hidup, seperti taman flora, fauna, dan fasilitas multifungsi untuk permainan petualangan di lahan terbuka (sumber berita Kompas cetak 25/02/2010 halaman 25).


Kembalikan penyimpangan peruntukan dan penggunaan lahan di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) sebagai areal terbuka hijau.

Penyempitan alur sungai akibat bantarannya banyak digunakan untuk permukiman penduduk juga menjadi salah satu penyebab terjadinya banjir. Idealnya, lahan di sepanjang DAS ini ditertibkan dan peruntukannya dikembalikan sebagai jalur areal terbuka hijau minimal 5 meter ditambah jalan inspeksi untuk perawatan sungai dan penghijauan agar tetap berfungsi secara optimal. Penanaman pohon peneduh dan rumpun bambu bisa dipertimbangkan, mengingat pohon jenis ini sangat potensial untuk berfotosintesis sekaligus menangkap emisi CO2 di udara, dikarenakan penanaman bambu seluas satu juta are akan mengurangi hingga 4,8 juta ton emisi CO2 per tahun. *)


Dengan melakukan ini, otomatis ruang terbuka hijau di Jakarta akan bertambah secara signifikan. Sebaiknya penertiban dilakukan secara manusiawi dan terencana, setelah disediakan area pemukiman baru pengganti, seperti rumah susun bersubsidi yang bisa dicicil oleh warga, khususnya mantan warga penghuni sekitar bantaran sungai. Areal pemukiman baru pengganti ini pun harus menyediakan areal terbuka hijau agar tetap sehat dan nyaman dihuni.

Hijaukan ruang terbuka di sekitar Danau Buatan Kanal Banjir Barat (KBB) dan Kanal Banjir Timur (KBT).


Penghijauan di sepanjang DAS Ciliwung, memang sangat mendesak dan harus segera dilakukan, demikian pula dengan penghijauan di sekitar KBB dan KBT juga harus dijadikan areal terbuka hijau yang bisa meningkatkan daya serap air hujan. Jika dalam penerapannya ditata dengan baik menjadi taman ditambah jalur pejalan kaki (jogging track) untuk olahraga, tentunya sangat indah dan nyaman serta meningkatkan kualitas udara lingkungan sekitar.
Khusus KBB dan KBT, jika hutan kota disekitarnya bisa dibuat terencana dengan baik, bisa dijadikan obyek rekreasi hijau alternatif yang sangat menyehatkan bagi warga Jakarta.

Koordinasi dengan penataan penghijauan lingkungan hutan pada daerah hulu Bopunjur.Kondisi Bogor Puncak Cianjur (Bopunjur) sebagai daerah resapan air yang telah mengalami banyak perubahan fisik terutama akibat penyimpangan dalam peruntukkan lahan, berperan besar memicu aliran air hujan yang nyaris seluruhnya bisa masuk dan tumpah mengalir ke Jakarta. Banyak pohon-pohon besar di hutan hulu Sungai Ciliwung ditebang dan dikorbankan untuk dijadikan rumah peristirahatan, bangunan lain atau pun peruntukan lainnya. Idealnya penghijauan yang harus dijaga kelestariannya pada areal hulu ini minimal 30 persen, namun kenyataannya sekarang banyak yang rusak dan berubah fungsi. Oleh karena itu, penghijauan hutan kembali di areal hulu Ciliwung ini adalah mutlak harus dilakukan, agar daya resap air hujan semakin optimal serta tidak langsung masuk ke areal sungai.


Hal yang mendesak lainnya adalah dicari solusi agar air hujan terutama dengan kapasitas curah yang tinggi, dapat ditahan atau ditunda alirannya jangan langsung sekaligus tumpah ke Pintu Air Katulampa. Salah satunya dengan cara membuat ‘danau buatan’ sebagai penampung air dengan kapasitas memadai dengan lokasi sebelum masuk ke Katulampa. Danau buatan semacam banjir kanal ini berfungsi sebagai filter agar tidak semua air hujan di areal Bopunjur tumpah langsung ke Katulampa. Proyek ini bisa segera direalisasikan dengan kerjasama antar gubernur bahkan sampai tingkat kementerian karena sudah menyangkut Ibukota Negara. Peran swasta khususnya perusahaan besar di Jakarta untuk turut serta membiayai tentunya sangat diharapkan, agar masalah banjir bisa diatasi secara tuntas.

Kegiatan penghijauan hutan hulu Ciliwung dengan menanam 4 ribu pohon yang dilaksanakan Nokia (Program Nokia Give & Grow) bekerja sama dengan TES-AMM Indonesia dan WWF Indonesia patut diacungi jempol. Hal ini merupakan aksi nyata dari peran kepedulian perusahaan swasta atas masalah lingkungan yang terjadi di Jakarta sebagai ibukota Negara.

Aksi hijau penanaman pohon mulai dilakukan di area hulu daerah aliran sungai (DAS) Ciliwung, desa Cikoneng, Cisarua, Bogor pada awal Februari ini dengan luasi areal sekitar 10 ha. Aksi hijau dengan cara menukar HP bekas dengan tanam pohon ini mempunyai manfaat langsung dalam mencegah terjadinya banjir di Jakarta.

Perluas Areal Penghijauan Mangrove.
Perlunya ditinjau lagi Amdal dari kebijakan reklamasi pantai di Utara kota Jakarta, terutama yang menggusur areal hutan bakau (Mangrove) yang sangat berperan menjaga keseimbangan ekosistem dan keanekaragaman hayati yang ada di sepanjang pantai utara Jakarta.


Hutan bakau merupakan perisai alam utama untuk menghadapi badai dan kenaikan muka air laut (Rob). Oleh karena itu penanaman kembali Mangrove, sangat mendesak dilakukan, khususnya dalam rangka mengatasi masalah banjir di Jakarta.

Green Building’ dan Sumur Resapan sebagai solusi ramah lingkungan.
Penerapan ‘green building’ pada Ibukota Jakarta, khususnya pada bangunan perkantoran baik pemerintah mau pun swasta, jika perlu juga diterapkan pada perumahan warga-nya. Pada ‘bangunan hijau’ ramah lingkungan ini, sumber energi menggunakan energi terbarukan dari alam seperti panel matahari atau kincir angin. Hemat energi dan air diterapkan pada operasional sehari-hari. Pada halaman dan dak atap bangunan bisa diolah menjadi taman dengan berbagai tanaman untuk menciptakan lingkungan hijau.

Karena menurut penelitian ahli lingkungan dunia:
Bila satu juta atap rumah ditanami tumbuhan, 595.000 ton CO2 per tahun dapat dikurangi.
Pemasangan 100.000 turbin angin skala rumah tangga akan mengurangi 900.000 ton CO2 per tahun.
Jika satu juta rumah menggunakan sel surya untuk sumber energinya, kita bisa mengurangi emisi karbondioksida sebanyak 4,3 juta ton per tahun. *)




Kebijakan setiap bangunan di Jakarta memiliki sumur resapan masing-masing sangatlah positif dalam rangka mengatasi masalah banjir. Demikian pula partisipasi aktif masyarakat untuk membuat resapan air berupa biopori beserta penghijauannya di halaman rumah masing-masing sangat berdampak positif sebagai solusi mengatasi banjir, jika sebagian besar warga mau melakukannya.

Hal-hal lain yang juga sebaiknya dilakukan sebagai solusi mengatasi banjir adalah:

Perbaiki sistem drainase dan tempat penampungan air hujan.
Saluran air di wilayah kota Jakarta banyak yang tak lagi memadai dan bahkan sering diabaikan dalam menjaga fungsi yang semestinya akibat adanya kepentingan lain. Banyak saluran air yang ‘mampet’ karena banyak sampah dan tanah bekas galian beberapa instansi secara tumpang tindih dan silih berganti, sebentar ada galian untuk PAM terus PLN nantinya lagi telpon, sepertinya tidak ada koordinasi antar instansi di pemda.

Dengan kondisi ini, sistem drainase yang ada menjadi belum optimal dalam mendistribusikan air limbah dan air hujan yang datang. Jakarta berada pada dataran rendah, malah sebagian lebih rendah dari permukaan laut. Sehingga air pasang laut (Rob) juga menjadi ancaman serius. Oleh karena itu, memerlukan suatu sistem yang terintegrasi untuk mendisribusikan air buangan ini, terutama saat terjadinya hujan.

Kemudian 'situ' (semacam danau) yang dulu pernah ada dan berfungsi sebagai penampung air, kini sudah beralih fungsi menjadi komplek hunian baru dan bahkan hampir tidak ada lagi. Untuk menggantikan fungsi situ yang hilang, pembangunan Banjir Kanal memang harus dilakukan sebagai tempat penampungan air hujan yang baru dan harus sudah tembus sampai ke laut agar genangan banjir bisa disalurkan dengan segera.

Ubah perilaku buang sampah sembarangan.
Perilaku buruk buang sampah di jalan, tampaknya hanya sepele, tapi selanjutnya sampah tersebut bisa terbawa angin masuk selokan sampai di sungai dan pintu air dan sebagian lagi terbawa arus hingga sampailah ke laut. Sampah anorganik seperti berbagai jenis plastik, styrofoam, kemasan aluminum foil bekas makanan ringan, minuman dan sebagainya, sangat mudah terbawa arus air. Betapa menyedihkan, beberapa pintu air dan sungai di Jakarta seolah telah menjadi tempat pembuangan sampah terbesar. Pada setiap peristiwa banjir, sebagian besar dari sampah tersebut akan semakin cepat masuk ke sungai bahkan sampai ke laut.

Untuk diketahui sampah non organik seperti plastik baru bisa terurai setelah mencapai ratusan tahun dan mengakibatkan terganggunya keseimbangan ekosistem aneka satwa yang ada di sungai dan laut. Oleh karenanya perlu penyuluhan untuk meningkatkan budaya bersih di masing-masing lingkungan, terutama menyangkut perilaku buang sampah sembarangan ini.

Cegah penurunan permukaan tanah agar tidak meluas.
Terjadinya penurunan permukaan tanah di wilayah Jakarta terutama di bagian Barat dan Utara, terjadi akibat tanah yang belum padat dan gencarnya pembangunan fisik untuk perumahan/perkantoran ditambah tidak terkendalinya pembuatan sumur air yang disedot langsung dari tanah.

Akibat lainnya adalah masuk dan merembesnya air laut menyebabkan air tanah berubah menjadi asin dan tidak dapat diminum. Semua area yang mengalami penurunan permukaan tanah sudah pasti menjadi wilayah genangan banjir.

Cegah banjir besar dengan pembangunan dinding penahan banjir (dam).
Pembangunan proyek Banjir Kanal Timur (BKT) sejatinya berfungsi sebagai pelengkap Banjir Kanal Barat (BKB) dan diharapkan bisa berperan untuk menampung segala tumpahan air hujan terutama pada saat kritis dipuncak musim hujan. Pada kenyataannya saat puncak musim hujan kemarin, banjir tetap melanda Jakarta, padahal BKT sudah tembus ke laut. BKT tetap berfungsi terutama dalam hal mempercepat distribusi air banjir menuju laut. Sebaiknya berbagai pihak yang terkait dalam hal mencari solusi banjir, melakukan kajian kembali. Apakah semua akar permasalahan banjir seperti tersebut di atas sudah ditangani dan dikoordinasikan dengan baik atau belum sepenuhnya ?

Hal-hal tersebut di atas jika dilaksanakan dapat meminimalkan bencana terjadinya banjir. Secara makro kita bisa belajar dari Negara Belanda yang wilayahnya di bawah permukaan air laut tapi tetap mampu mengelolanya, agar tidak terjadi banjir.
Secara mikro, di saat Jakarta dilanda banjir besar tahun 2008 ada satu lingkungan di sekitar Muara Karang Pluit Jakarta Utara, yang biasanya selalu langganan banjir, bisa terhindar dari bencana ini, sementara Kelapa Gading dan sebagian besar areal Jakarta saat itu terkena banjir besar (Informasi ini didapat dari teman penulis yang kebetulan tinggal disana). Lalu, mengapa bisa ?
Ya… bisa dicegah !!! Karena seluruh warganya secara bahu membahu mau tahu dan mau bergotong royong untuk membeli pompa air yang selalu siap berfungsi menyalurkan air dari sungai penampung untuk disalurkan ke bendungan sungai banjir kanal yang menuju ke laut.

Hal yang sama tentunya bisa diterapkan pada sungai banjir kanal baik yang sudah ada di Barat mau pun di Timur, dilakukan peninggian dinding penahan banjir seperti dam pada salah satu tepi sungai minimal 150 cm dari muka jalan raya (bisa juga disesuaikan dengan kondisi peil banjir besar yang lalu), di sepanjang aliran sungai banjir kanal yang menuju ke laut. Tentunya hal ini harus dilengkapi dengan keberadaan sungai pembagi dan penampung di sepanjang tepi Sungai utama banjir kanal. Dan yang paling penting disediakan pompa air yang selalu siap dalam kondisi prima untuk menyalurkan ke Sungai utama banjir kanal dan dalam jumlah yang sangat memadai disesuaikan dengan jumnlah kebutuhan di lapangan.

Belajar dari pengalaman Negara Belanda, kita pun bisa mulai menerapkan pemasangan dam (bendungan) disepanjang pantai utara Jakarta untuk mengimbangi dinding dam tepi sungai pada KBB mau pun KBT. Hal ini juga diperlukan sebagai antisipasi menghadapi kenaikan peil muka air laut akibat mencairnya es di kutub utara dan selatan yang akan menjadi kenyataan jika warga Bumi kurang peduli pada bahaya Pemanasan Global (Baca juga: Indonesia Di Ambang Bencana Akibat Pemanasan Global).

Penutup.
Penghijauan lingkungan merupakan solusi tepat untuk mengatasi segala bencana akibat kerusakan lingkungan seperti banjir. Jika program penghijauan lingkungan dari hilir sampai dengan hulu Sungai Ciliwung dilaksanakan dengan baik, Proyek Kanal Banjir Barat mau pun Timur bisa difungsikan dengan optimal, dan sistem drainase diperbaiki, sampah dikelola secara benar serta pembangunan dinding penahan banjir (dam) dilaksanakan ditambah peran serta aktif segenap warga Jakarta dalam hal penghijauan lingkungan, banjir di Jakarta pasti bisa dicegah dan diatasi secara tuntas, semoga.

Mulai dari sekarang, kita tingkatkan partisipasi demi membantu Bumi mengatasi pemanasan global dimulai dari rumah masing-masing, karena sesungguhnya sangat banyak hal-hal kecil yang bisa kita lakukan seperti yang bisa dibaca disini.

Penghijauan ( Go Green ) adalah program SAYANGI BUMI yang sangat tepat untuk dijadikan solusi, agar Bumi yang cuma satu ini, tetap bisa diwariskan serta dinikmati oleh generasi mendatang yaitu anak dan cucu kita sendiri.

*) Sumber: The Live Earth-Global Warming Survival Handbook 2007, sebagaimana ditulis pada kolom ‘Kita dan Emisi’ Kompas dalam rangka KTT Kopenhagen Desember 2009.
Foto ilustrasi adalah dokumentasi pribadi, foto Taman Menteng dari jakarta.go.id, foto penanaman pohon Ecopark dari kompascetak.com

Kamis, 11 Februari 2010

Kerusakan Hutan Tropis Indonesia dan Belajar dari Kearifan Budaya Lokal Suku Baduy yang Ramah Lingkungan

Hutan tropis Indonesia merupakan bagian dari 10% hutan tropis dunia yang masih tersisa. Hutan di Indonesia memiliki begitu banyak keanekaragaman hayati yang terdiri dari 12% jumlah spesies binatang menyusui/mamalia, 16% spesies binatang reptil dan ampibi, 1.519 spesies burung dan 25% dari spesies ikan dunia. Sebagian diantaranya adalah endemik atau khas hanya dapat ditemui di daerah tersebut. Luas hutan alam asli Indonesia menyusut dengan kecepatan yang sangat mengkhawatirkan. Hingga saat ini, Indonesia telah kehilangan hutan aslinya hingga mencapai 72 persen. Penebangan hutan Indonesia yang tidak terkendali selama puluhan tahun, mengakibatkan terjadinya penyusutan hutan tropis kita secara besar-besaran. Lihatlah, apa yang terjadi:



Atas nama pembangunan, penghijauan berubah jadi hutan beton megah
Atas nama keserakahan, hutan-hutan dibabat seliar-liarnya
Atas nama kesengajaan, dan keapatisan hutan-hutan terbakar

Kini keadaan Bumi semakin meranggas
Penggundulan hutan menjadikan udara gerah semakin panas
Lapisan es di kutub Bumi pun semakin mencair dan semakin banyak

Kini keadaan Bumi semakin merana
Perubahan iklim, pemanasan global berdampak bencana
Gempa bumi, tanah longsor, gunung meletus, kekeringan, banjir, hujan badai dimana-mana
( Selengkapnya silahkan klik pada puisi: Keseimbangan Ekosistem Bumi Terusik Sudah )



Suatu kenyataan pahit, yang bisa kita lihat dari keadaan hutan tropis kita: pembalakan hutan secara liar (illegal logging) dan kebakaran hutan baik disengaja atau pun tidak. Dalam satu minggu terakhir, Kompas cetak masih memberitakan pembalakan liar yang masih terus terjadi di hutan sekitar Riau, Sumatera. Pertambangan batu bara liar atau resmi tapi tak dikontrol di Taman Hutan Rakyat Bukit Suharto Kalimantan Timur yang masih terus berlangsung serta meninggalkan kerusakan lingkungan berupa danau bekas galian disana-sini, demikian pula pertambangan lainnya. Tidak hanya di Pulau Jawa, Sumatera dan Kalimantan di Papua pun hutan tropis kita sudah mulai banyak yang berubah fungsi menjadi hamparan perkebunan kelapa sawit.

Entah sampai kapan hal-hal seperti ini terus berlangsung dan merusak tatanan ekosistem hutan serta mengancam keberadaan keanekaragaman hayati yang ada didalamnya. Tidak hanya para penghuni di hutan, tatanan sosial budaya masyarakat adat di sekitar perkebunan kelapa sawit ini pun menjadi turut terganggu. Dengan hilangnya hutan berarti hilang juga sumber kehidupan bagi sebagian rakyat Indonesia, karena hutan merupakan tempat mencari makanan, obat-obatan serta menjadi tumpuan hidup bagi sebagian besar rakyat khususnya yang bermukim di dekat hutan.

Manusia perusak lingkungan masih saja berkeliaran. Sudah saatnya segenap jajaran kementrian lingkungan hidup, para polisi hutan beserta peran masyarakat di sekitar hutan dioptimalkan jangan sampai peristiwa ini terus terulang lagi dan terulang lagi.

Coba kita tengok dan pelajari banyak suku-suku adat yang tersebar di seluruh peloksok Indonesia, mereka pada umumnya sudah bertindak sangat ramah lingkungan melalui kegiatan hidupnya sehari-hari, dan kita yang katanya orang kota, faktanya justru banyak yang bertindak kurang peduli terhadap lingkungan.

Begitu sangat banyak kearifan budaya lokal dari berbagai suku adat yang banyak tersebar di seluruh peloksok Indonesia. Salah satunya, kita bisa banyak belajar untuk menghargai lingkungan dan alam sekitar dari Suku Baduy di Desa Kanekes, Leuwidamar-Lebak, Banten, yang terletak sekitar 120 kilometer sebelah Barat Daya dari Jakarta. Karena lokasinya yang relatif dekat di satu provinsi, penulis sempat berkunjung kesana beberapa kali, untuk cari informasi sambil berolah raga jalan kaki di lingkungan perbukitan yang berudara bersih dan segar.



Berikut adalah kegiatan dan kehidupan Suku Baduy sehari-hari yang dapat dijadikan pelajaran berharga serta sesuai dengan usaha kita untuk mereduksi mengatasi bahaya Pemanasan Global (Global Warming) dan Perubahan Iklim (Climate Change) yang sedang kita hadapi sekarang ini.

Warga suku Baduy tidak diperbolehkan menebang pohon secara sembarangan, terutama pohon yang berada pada area hutan lindung karena diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan kejernihan sumber air. Pepohonan di areal ini tidak boleh ditebang untuk dijadikan apa pun, termasuk diubah peruntukannya menjadi ladang atau kebon sayur/buah. Pernyataan jangan merusak hutan sudah sangat dipahami oleh segenap warga Baduy seperti pernah diungkapkan kokolot Baduy, Jaro Dainah: “Gunung ulah dilebur, Lebak ulah dirusak !” Seperti kita ketahui hutan tropis Indonesia banyak yang rusak dan berkurang karena keserakahan kegiatan penjarahan hutan secara liar (illegal logging) dan pembukaan lahan baru misalnya untuk perkebunan sawit dengan cara pintas membakar hutan yang mengakibatkan polusi udara sehingga Indonesia menempati urutan tiga besar penyumbang emisi di dunia dari segi kebakaran dan perusakan habitat hutannya.

Berladang/ bercocok tanam/ bertani merupakan pekerjaan utama suku Baduy. Tidak diperbolehkan penggunaan bahan-bahan kimia seperti pestisida terutama bagi orang Baduy Dalam yang hanya mengunakan pola tradisional organik dengan dibantu doa serta mantra-mantra. Dengan demikian pola tanam organik bebas kimia seperti ini, kenyataannya terbukti lebih bermanfaat dan menyehatkan dan malah sekarang mulai banyak ditiru oleh ‘orang kota’ yang peduli untuk menjaga kesehatannya.



Area pemukiman menggunakan bahan alamiah yang ramah lingkungan dan dibuat sendiri oleh warga Baduy secara bergotong-royong. Budaya saling menolong sangat menonjol diterapkan pada Suku Baduy, terutama jika dijumpai warga yang terkena musibah atau kesusahan. Seperti kita ketahui, budaya rasa kebersamaan dan empati tolong-menolong ini semakin tergerus di lingkungan perkotaan. Lantai panggung dan dinding rumah Suku Baduy menggunakan anyaman bambu, sedangkan atap dari bahan rumbia, membuat angina sangat leluasa berhembus menjadikan udara sejuk segar dan cahaya matahari secara alamiah dapat dimanfaatkan secara maksimal. Disini kita belajar untuk memanfaatkan sumber energi dari alam yang memang berlimpah, daripada menggunakan penyejuk udara buatan seperti ac yang boros listrik dan lampu terutama di siang hari.

Demikian pula dengan pembuatan fasilitas umum seperti jembatan untuk menyeberangi sungai, dibuat dari bahan-bahan alamiah seperti: jembatan bambu pada kampung Gajeboh, memanfaatkan rangkaian bambu besar dan panjang merupakan karya besar yang benar-benar indah dipandang mata dengan konstruksi yang ramah lingkungan.
Ada satu lagi jembatan yang sangat unik dan luar biasa indahnya, yaitu jembatan akar yang panjangnya 25m di atas Sungai Cisemeut, memanfaatkan akar dua buah pohon karet besar di kedua sisi sungai yang saling dililit/dipilin membentuk anyaman berbentuk jembatan sehingga dapat digunakan oleh orang untuk menyeberangi sungai. Sungguh suatu karya hebat yang tidak bisa dijumpai di kota-kota besar. Ini adalah karya di dunia nyata, tidak sekedar fiksi seperti jembatan akar yang terlihat pada film ‘Avatar’.



Pohon bambu banyak dijumpai di perkampungan Suku Baduy, hal ini sangat berperan membantu Bumi dalam menghadapi pemanasan global, karena penanaman bambu seluas satu juta are akan mengurangi hingga 4,8 juta ton emisi CO2 per tahun. *)

Hasil panen ladang di Baduy terutama padi. Padi ini disimpan di
lumbung-lumbung yang juga dibuat dari bahan bangunan alamiah seperti pada rumah dan bisa bertahan sampai puluhan bahkan ratusan tahun! Pada pondasi kaki lumbung (terutama milik warga Baduy Dalam) terdapat papan berbentuk bidang lingkaran yang berfungsi sebagai penghalang agar hama tikus tidak dapat masuk ke area lumbung penyimpanan beras. Padi dimanfaatkan untuk mencukupi kebutuhan pangan warga Baduy. Budaya adat Baduy juga mengatur bahwa padi yang dihasilkan suku Baduy tidak boleh diperjualbelikan, baik di dalam ataupun di luar Baduy. Padi hanya boleh diberikan secara gratis. Bila ada warga yang gagal panen atau kekurangan beras, warga lain secara gotong royong membantu mencukupi kebutuhan beras mereka yang tertimpa musibah. Sedangkan tanaman sayur dan buah, seperti kacang, durian, atau aren ditanam di antara padi pada lahan yang disebut kebon, dan juga biasa ditanam tumpang sari dengan tanaman padi. Semuanya ditanam secara organik dan alamiah.

Udara di kampung Baduy yang berbukit-bukit (sebagian kontur kemiringan tanah mencapai 45 sampai dengan 60 derajat) tergolong masih bersih dan segar. Salah satunya karena suku Baduy pantang menggunakan alat transportasi, karena itu asap dari knalpot pun tidak dijumpai di kampung ini. Tak jarang, warga Baduy-terutama laki-laki-meninggalkan ladangnya bila pekerjaan di ladang tidak terlalu banyak, kegiatan bepergian ini dilakukan dengan berjalan kaki walau pun harus ke luar kota ! Disini kita bisa belajar menciptakan lingkungan yang bersih dengan tidak selalu tergantung dengan kendaraan bermotor yang asapnya akan menyumbang emisi CO2 penyebab terjadinya pemanasan global. Budaya jalan kaki bisa kita terapkan untuk tujuan dekat di sekitar lingkungan kita atau dijadikan kebiasaan berolah raga jalan setiap pagi atau sore yang bisa menyehatkan dan menyegarkan tubuh pada setiap harinya.

Kain dan baju yang dipakai oleh warga Baduy merupakan hasil tenunan sendiri dengan memanfaatkan bahan dan pewarnaan alamiah yang ramah lingkungan dari hutan yang ada. Demikian pula tas dibuat sebagai kerajinan tangan suku Baduy (kain tenun dan tas dapat dibeli sebagai oleh-oleh dari suku Baduy Luar yang tinggal mulai tapak batas sampai dengan jembatan bambu di kampung Gajeboh). Melalui warna baju yang dikenakan kita dapat membedakan suku Baduy Luar umumnya mengenakan warna hitam sedangkan Baduy Dalam warna putih. Untuk kegiatan membersihkan gigi dan badan juga seperti yang tercantum pada ketentuan peraturan yang ditulis pada prasasti di gerbang masuk pemukiman Suku Baduy, tidak boleh menggunakan odol/pasta gigi dan sabun, karena akan mencemari sungai dan lingkungan. Segala kegiatan ini menunjukkan betapa bersahabatnya warga Baduy dengan alam sekitar tanpa mencemarinya dengan segala sampah kimia, busa odol dan sabun, kemasan plastik dan sebagainya.

Makanan dan minuman warga baduy dibuat sendiri dari kegiatan berladang, dan pasti tidak tercemar bahan kimia pengawet seperti formalin dan borax. Salah satu minuman khas yang dibuat adalah campuran jahe dan gula aren (bisa dibeli sebagai oleh-oleh) yang sungguh sangat menyegarkan badan setelah jalan-jalan diperkampungan Baduy yang berbukit dengan pemandangan alamiah yang masih indah dan berudara segar. Kita harus berjalan dari terminal Ciboleger sekitar 3 kilometer ke jembatan bambu Baduy Luar di kampung Gajeboh dan sekitar 12 kilometer ke kampung Baduy Dalam di Cibeo. Sungguh kegiatan jalan-jalan di perbukitan (hiking) yang cukup menjadikan tubuh berkeringat tetapi pasti sangat menyehatkan !

Kita juga bisa belajar banyak dari budaya makan suku Baduy, kita terapkan budaya pola makan sehat banyak serat, organik dan segar yang justru banyak terdapat pada makanan vegetarian tradisionil asli Indonesia seperti lalapan, gado-gado, lotek, karedok, asinan sayur dan buah, aneka rujak, ketoprak, kupat tahu, toge goreng, pecel, nasi lengko, sayur asem, lontong sayur, tahu/tempe, pepes jamur dan oncom serta masih banyak lagi lainnya. Dengan banyak meng-konsumsi pangan lokal, berarti kita telah turut berperan menyelamatkan lingkungan, karena telah memutus rantai transportasi yang menjadi penyebab terbesar kedua terjadinya Pemanasan Global saat ini, jika kita bisa mengurangi makan daging (flexitarian) dan bahkan bisa berhenti makan daging (menjadi vegetarian) maka kita akan memutus rantai pangan daging dari industri peternakan yang menjadi penyebab utama terbesar terjadinya Pemanasan Global !

Lihatlah, untuk konsumsi sepotong daging (sapi, domba, babi, ayam dsb) pada piring makan kita, konversi energi yang dibutuhkan setara dengan menyalakan lampu 100 watt selama 3 minggu. Satu kilogram daging menyumbang 36,4 kg CO2. Jika kita membebaskan piring kita dari konsumsi daging seminggu sekali saja efeknya sangat positif untuk menghambat laju pemanasan global yang terjadi sekarang ini, karena mempunyai efek 7,6 kali lebih cepat dibandingkan gerakan hemat energi skala rumah tangga dalam setahun.

Sebagai gambaran industri peternakan dunia menyumbang 35 sampai dengan 40 persen emisi gas metana (CH4), 9 persen emisi gas CO2, dan menyumbang 65 persen emisi gas nitrous oksida (N2O), Ketiganya adalah gas rumah kaca (GRK) paling utama. GRK bertanggung jawab pada meningkatnya suhu atmosfer Bumi. Peternakan menyumbang sekitar 51 persen emisi GRK total dunia. *) Untuk diketahui efek pemanasan global gas metana adalah 23 kali lebih kuat dari CO2 dan N2O adalah 296 kali dari CO2.

Dengan sistem kepercayaan, adat-istiadat, serta niat untuk menjaga keseimbangan alam, suku Baduy terbukti mampu mandiri menghidupi diri mereka sekaligus melestarikan alam sekitarnya. Warga suku Baduy sangat cinta produk lokal buatan mereka sendiri, akibat positifnya mereka tidak ‘kena’ resesi ekonomi global dan yang pasti tidak turut menyumbang GRK penyebab terjadinya Pemanasan Global di bumi kita. Berdasarkan penelitian dan perhitungan para ahli lingkungan dunia, jika satu juta orang mengubah gaya hidup dengan berbelanja bahan-bahan makanan produk lokal selama setahun, kita dapat mengurangi emisi CO2 hingga 625.000 ton. *)

Begitu banyak hal yang dapat kita pelajari dari Suku Baduy yang kata orang kota masih ‘primitif’ namun sebenarnya telah bertindak sangat peduli ingkungan. Pemukimannya rapih, lingkungannya bersih, udaranya segar, sungainya tak tercemar oleh segala macam sampah seperti di perkotaan dan yang pasti hutannya masih terlihat hijau alamiah. Semoga saja, budaya adat mereka tidak serta-merta berubah akibat pengaruh yang datang dari para tamu serta turis yang silih berganti mengunjungi kampungnya yang memang terlihat masih unik, bersih dan sangat alamiah.

Anda tertarik untuk berkunjung ke Perkampungan Suku Baduy ?

Mau naik kendaraan pribadi atau kendaraan umum seperti bus antar kota dan kereta api tujuan kota Rangkas Bitung, lanjut ke arah terminal Ciboleger. Jika belum punya teman untuk petunjuk jalan dapat memanfaatkan jasa penduduk lokal untuk menemani agar tidak tersesat. Lakukan pengisian daftar tamu di rumah jaro dekat tugu batas gerbang masuk Perkampungan Baduy, beri sumbangan sukarela untuk keamanan dan perawatan kebersihan lingkungan, lalu tinggal pilih tujuan mau lihat obyek jembatan bambu, jembatan akar atau malah sampai lokasi Baduy Dalam (kecuali pada bulan Kawalu) silahkan saja.

Namun mohon diperhatikan beberapa ketentuan dan larangan seperti: tidak menebang pohon secara sembarangan, mencabut atau merusak tanaman sepanjang jalan yang dilalui, tidak menangkap atau membunuh binatang yang ditemui di perjalanan, tidak membuang sampah sembarangan (terutama yang berbahan kaleng dan plastik) di areal pemukiman termasuk sungai, tidak membuang puntung rokok yang masih menyala dan meninggalkan api bekas masak/unggun dalam keadaan menyala serta ketentuan-ketentuan lainnya yang tertera pada prasasti di dekat gerbang masuk.

Dan hal yang paling penting siapkan stamina anda untuk menghadapi trek jalan setapak mendaki yang ada dan bila belum terbiasa berjalan di tanah yang basah dan licin, hindari berkunjung pada saat musim hujan.

Ayo kita dukung segala program untuk menjadikan Bumi semakin hijau ( Go Green ), karena penghijauan merupakan salah satu cara ampuh untuk mengatasi dampak pemanasan global dan perubahan iklim yang sedang dialami Bumi kita yang cuma satu ini. Bagi anda yang ingin tahu lebih lanjut, masih ada 1001 cara untuk membantu Bumi dari dampak negatif pemanasan global dimulai dari rumah kita masing-masing, bisa dilihat dan klik disini.


Keterangan:
*) Sumber: The Live Earth-Global Warming Survival Handbook 2007, sebagaimana ditulis pada kolom ‘Kita dan Emisi’ Kompas dalam rangka KTT Kopenhagen.
Foto: koleksi pribadi ditambah ‘browsing’ dari Google.

Jumat, 29 Januari 2010

Waspadai Banjir Besar Jakarta: Antara Prediksi BMKG dan Ramalan Mama Lauren

Sekarang sudah terlihat, betapa Perubahan Iklim (Climate Change) di Bumi sudah banyak membuat manusia susah. Bencana alam datang silih berganti dan terus menerus terjadi di seluruh peloksok Bumi.

Di Amerika, Eropa dan terakhir di Cina, hujan salju datang lebih cepat dan dengan skala intensitas yang lebih tinggi dari biasanya. Bayangkan Kota Xin Jiang di Cina suhu udaranya sudah mencapai minus 43 derajat Celcius.

Dan yang paling nyata terlihat di Indonesia pada akhir-akhir ini adalah semakin sering terjadinya hujan badai disertai angin kencang, bahkan terjadi angin puting beliung yang sangat merusak juga banjir besar di berbagai tempat di Indonesia. Cuaca ekstrim telah menjadikan hujan yang turun pun bisa begitu lebat dan berlangsung lama, mengakibatkan beberapa kota seperti Karawang sudah terendam oleh banjir. Dan para nelayan pun sudah sangat terganggu jadwal melautnya.

Mengapa bisa terjadi banjir ? Sebagian besar jawaban dari pertanyaan sederhana ini, tidak lain dari ulah manusia sendiri.



Coba perhatikan foto-foto berikut ini, lautan sampah ada dimana-mana. Pada mulanya sih sederhana, buang sampah di jalan, terbawa angin masuk selokan sampai di sungai dan pintu air dan sebagian lagi terbawa arus hingga sampailah ke laut. Belum lagi yang buang langsung ke sungai seolah memang tempatnya.



Berbagai jenis sampah bercampur jadi satu. Ada berbagai plastik kresek, ember rusak, styrofoam, kemasan aluminum foil bekas makanan ringan, minuman dan bahkan kursi rusak, kasur dan bantal pun sangat mudah dijumpai. Akibatnya beberapa pintu air dan sungai di Jakarta seolah telah menjadi tempat pembuangan sampah terbesar di Indonesia dan bahkan di dunia. Banyak orang yang bersikap masa bodoh dan secara tidak sadar telah melakukan arisan atau menabung sampah, akibatnya kita akan menuai banjir.

Berikut ini adalah prediksi dan peringatan dini cuaca yang dikeluarkan Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), yang berlaku tanggal 22 sampai 25 Januari 2010 (akan di update sesuai kebutuhan):

Adanya badai tropis MAGDA diperairan sebelah Selatan Kupang dan daerah tekanan rendah di sebelah Tenggara Merauke berpengaruh terhadap pembentukan daerah pumpunan/pertemuan angin yang memanjang dari Laut Jawa, Laut Bali hingga NTB serta dari Laut Banda hingga Laut Arafura. Kondisi ini berpengaruh terhadap proses pertumbuhan awan hujan yang semakin meningkat di wilayah Indonesia bagian Selatan. Selain itu, kelembaban udara yang cukup besar dan suhu muka laut yang masih hangat juga memberikan dukungan yang positif terhadap pertumbuhan awan hujan.

Wilayah yang berpotensi hujan lebat disertai petir dan angin kencang adalah :

Sumatera bagian Tengah dan Selatan
Pesisir Barat Sumatera
Kalimantan bagian Selatan
Jabodetabek
Jawa bagian Barat dan Utara
Sulawesi bagian Selatan
Bali
Nusa Tenggara
Maluku Tenggara
Papua bagian Tengah dan Selatan

Update ke-1: Peringatan dini cuaca untuk tanggal 26 sampai dengan 28 Januari 2010:

Adanya massa udara dingin dari daratan Asia dan tekanan rendah diperairan sebelah Selatan Papua Nugini mempengaruhi pembentukan daerah pertemuan angin yang memanjang di Laut Jawa serta dari Laut Banda hingga Laut Arafura. Kondisi ini berpengaruh terhadap proses pertumbuhan awan hujan yang semakin meningkat di wilayah Indonesia bagian Selatan. Selain itu, kelembaban udara yang cukup besar dan suhu muka laut yang masih hangat juga memberikan dukungan yang positif terhadap pertumbuhan awan hujan.

Wilayah yang berpotensi hujan lebat disertai petir dan angin kencang adalah :

- Sumatera bagian Selatan
- Pesisir Barat Sumatera
- Kalimantan bagian Selatan dan Timur
- Jabodetabek- Sebagian besar Jawa
- Sulawesi bagian Utara, Selatan dan Tenggara
- Bali dan NTB
- Maluku Utara dan Tengah
- Papua bagian Barat dan Utara

Update ke-2: Peringatan dini cuaca untuk tanggal 29 Januari sampai dengan 1 Februari 2010:

Wilayah yang berpotensi hujan lebat disertai petir dan angin kencang adalah :

- Sumatera bagian Tengah dan Selatan
- Pesisir Barat Sumatera
- Kalimantan bagian Selatan dan Timur
- Jabodetabek- Jawa bagian Tengah dan Utara
- Sulawesi bagian Utara, Tengah dan Selatan
- Bali, NTB dan NTT
- Maluku Utara dan Tengah
- Papua bagian Barat dan Utara

Update ke-3:

PERINGATAN DINI CUACA TANGGAL 19 - 22 FEBRUARI 2010
NARASI : Terdapat daerah tekanan rendah di Samudera Hindia sebelah Barat Daya Sumatera. Daerah pumpunan / pertemuan angin memanjang dari Laut Banda, Laut Arafuru hingga Papua bagian Selatan. Kondisi suhu muka laut di wilayah perairan Indonesia masih hangat sehingga mendukung suplai uap air bagi proses pertumbuhan awan hujan di wilayah Indonesia. Selain itu, faktor pemanasan berskala lokal yang ditandai dengan suhu udara yang tinggi pada siang hari di beberapa wilayah mendukung bagi pertumbuhan awan hujan seperti awan Cumulonimbus. Awan - awan tersebut berpotensi menimbulkan hujan dengan intensitas sedang - lebat yang disertai kilat/petir dan angin kencang dengan durasi singkat. Wilayah yang berpotensi hujan lebat disertai kilat/petir dan angin kencang adalah : - Pesisir Barat Sumatera - Sumatera bagian Selatan - Kalimantan bagian Timur dan Selatan - Jawa - Jabodetabek - Sulawesi bagian Tengah, Selatan dan Tenggara - Maluku Tengah - Nusatenggara bagian Utara - Papua bagian Barat dan Selatan Jakarta, 18 Februari 2010 Bidang Peringatan Dini Cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika

Sesuai dengan perkiraan, sekarang ini kita sudah mulai memasuki puncak musim hujan. Oleh karena itu, di beberapa wilayah hilir daerah aliran sungai dan cekungan perlu mewaspadai ancaman hujan lebat yang terjadi dalam waktu relatif lama yang akan menyebabkan terjadi banjir. Puncak musim hujan ini ditandai dengan terjadinya hujan pada sore sampai dengan dini hari. Hal ini terjadi akibat persinggungan angin darat yang menuju ke laut dan angin dari kawasan utara.

Dalam beberapa hari terakhir, hujan sudah mengakibatkan banjir dan mulai menggenangi areal pemukiman, terutama yang sudah menjadi langganan banjir. (banjir koq dijadikan langganan.. yaa?). Hal ini terjadi lagi dan lagi karena saluran drainase tidak sanggup menampung jumlah air yang tercurahkan dari langit, karena tertutup oleh lumpur dan tanah.

Banjir besar Jakarta pada tahun 2002, 2007, dan kalau mengikuti siklus lima tahunan banjir besar akan terjadi lagi tahun 2012. Namun pada kenyataannya pada tahun 2008 juga terjadi dan bukannya tidak mungkin terjadi lagi di tahun 2010 ini. Kesemua banjir tersebut diawali dengan hujan lebat malam dan dini hari kadang berlanjut hingga pagi hari. Semoga saja proyek Banjir Kanal Timur (BKT) yang sekarang konon sudah tembus ke laut, bisa berperan banyak untuk menampung tumpahan air dari langit.

Seorang peramal kondang di Indonesia, Mama Lauren sudah meramalkan bahwa kemungkinan akan terjadi banjir besar lagi di Jakarta sebelum tanggal 14 Februari 2010 (hari raya Imlek 2561 tahun Macan/Harimau). Apakah anda mempercayainya ?

Banyak hal lain yang menyebabkan terjadinya banjir besar Jakarta, yang disebabkan ulah manusia, seperti: perubahan peruntukan area hijau, bantaran sungai, pengurugan rawa dan situ dan bahkan pantai yang penuh pohon bakau pun ikut berubah, kesemuanya menjadi area pemukiman dan hutan beton yang dengan congkaknya berdiri menantang kehendak alam. Pada area hulu sekitar Bogor Puncak Cianjur (Bopunjur), banyak pohon dan hutan alam dikorbankan mengakibatkan curah hujan yang datang melimpah ruah sebagian besar akan di gelontorkan ke Jakarta lewat pintu air Katulampa.

Kalau sudah begini, masihkah kita pantas menyalahkan alam dan bahkan menyalahkan Tuhan atas segala bencana yang datang silih berganti ???

Segera lakukan tindakan untuk Sayangi Bumi dengan tidak membuang sampah secara sembarangan. Mulai pilah mana yang organik dan mana yang an-organik. Sampah organik bisa dimanfaatkan sebagai pupuk kompos untuk menyuburkan tanaman, sedangkan yang an-organik seperti plastik dan sebagainya bisa di daur ulang untuk dipergunakan lagi.

Catatan:

Sampai dengan tanggal 19 Februari ini, hujan lebat sudah menyebabkan banjir di sekitar Jabodetabek dan Bandung Selatan. Tanggal 18 Februari dini hari, banjir kiriman akibat hujan lebat di Bogor dan Depok, mengakibatkan pintu air Manggarai meluap, banjir sempat mencapai 3 meter di Kampung Melayu dan Kampung Pulo. Hujan lebat disertai petir masih berpotensi berlangsung sampai akhir bulan ini, oleh karenanya tetap waspadalah !!!


Sumber berita dan foto: Kompas cetak, BMKG

Rabu, 20 Januari 2010

Hidup Sehat dengan Jalan Kaki dan Meditasi



‘Mens sana in corpore sano’, demikian istilah bahasa Latin yang pernah kita pelajari semasa sekolah dulu, yang kurang lebih berarti ‘Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat’.

Di awal tahun 2010 ini ada baiknya kita canangkan suatu resolusi atau
menata kembali segala yang dilakukan dalam kehidupan secara menyeluruh. Kita buang dan jangan ulangi kebiasaan jelek dan kesalahan yang lalu, kita hadapi tahun baru dengan semangat baru untuk meraih keberhasilan di segala bidang yang lebih dibanding tahun lalu, termasuk di bidang kesehatan dengan suatu resolusi sehat, agar dapat dicapai keadaan tubuh dan jiwa yang lebih sehat.

Bercermin dari pengalaman ibunda tercinta yang sekarang berusia menjelang 81 tahun, beliau setiap pagi selalu melakukan jalan pagi dan senam jantung sehat di alun-alun dekat rumah sampai dengan usia 70an, sekarang beliau tetap olah raga senam setiap pagi secara teratur di rumah. Selain itu, perbanyak makan makanan berserat seperti sayur-sayuran, kacang-kacangan dan buah-buahan serta banyak minum air putih, mungkin mempunyai korelasi langsung terhadap kesehatannya yang masih cukup terjaga sampai detik ini.

Jalan pagi merupakan olah raga murah-meriah banyak manfaat. Murah-meriah karena hampir tidak dibutuhkan biaya operasional untuk melakukannya. Banyak manfaat, pasti. Jika dilakukan minimal 3 kali seminggu sampai berkeringat, apalagi bisa dibiasakan setiap hari, akan menghasilkan tubuh yang lebih sehat dan bugar. Sebaiknya olah raga murah meriah ini dilakukan antara pukul 6.00 sampai dengan 8.00 pagi, karena matahari baru terbit dan belum terasa panas teriknya.

Banyak kesaksian tentang manfaat jalan kaki pada pagi hari, diantaranya ada yang sebelumnya mengeluh terkena sakit jantung, kencing manis (DM) dan kolesterol tinggi, menjadi lebih sehat dan keluhan sakitnya lama-lama menghilang dengan sendirinya.

Hal ini dibuktikan dalam sebuah studi yang dilakukan oleh Duke University Medical Center baru-baru ini ditemukan bahwa berjalan kaki 30 menit dalam sehari dapat mengurangi metabolic syndrome, yaitu salah satu penyebab tingginya risiko terkena penyakit jantung, diabetes, dan stroke. Selain itu, manfaat jalan kaki lainnya adalah:

mengurangi depresi dan stress, mengurangi berat badan dan resiko obesitas, mencegah dan mengurangi keropos tulang, bahkan studi Universitas Temple menyebutkan berjalan kaki 90 menit selama lima kali dalam seminggu bisa membuat anda merasa lebih bahagia, karena tubuh manusia memproduksi endorphin, yaitu semacam hormon yang membuat orang menjadi bahagia.

Jika jalan pagi tidak mungkin dilakukan karena harus berangkat kerja pada setiap pagi atau harus mengantar anak ke sekolah dan lainnya, hal ini dapat diganti dan disiasati dengan cara misalnya: parkir kendaraan yang cukup jauh dari letak kantor atau sekolah. Pada umumnya orang-orang berusaha parkir kendaraan, kalau bisa sedekat mungkin dengan obyek tujuan, tapi bagi yang belum sempat berolah raga jalan kaki, dapat tempat parkir yang agak jauh, seharusnya bersyukur. Anggap saja anugrah terselubung (walau agak terpaksa, hehehe…), karena kita bisa berjalan lebih jauh dibanding orang lain.

Jika lokasi tempat kerja berada pada gedung bertingkat tinggi, dapat menyiasati berolah-raga dengan cara mengganti naik lift atau elevator dengan naik tangga biasa sebanyak 2 atau 3 lantai, setiap berangkat atau pulang kerja (jangan coba-coba naik tangga biasa jika tinggi bangunannya lebih dari 10 lantai, nanti bisa pingsan, hehehe…).

Senam setiap pagi atau sore pun demikian, jika dilakukan secara menerus, minimal 3 kali seminggu sampai mengeluarkan keringat akan memberikan dampak yang sangat positif bagi kesehatan. Tolok ukur berkeringat adalah ukuran awam yang paling mudah terlihat, pengganti istilah medis bahwa sesungguhnya sudah terjadi pembakaran energi di dalam tubuh.

Hasil olah raga jalan kaki, senam atau pun olah raga lainnya seperti bersepeda, sepak bola, futsal, bulu tangkis bahkan olah raga bela diri seperti karate, silat, kungfu, taekwondo, akan lebih maksimal jika dibarengi dengan kebiasaan bermeditasi setiap hari, karena akan memberikan efek ketenangan pada jiwa, mengurangi ‘stress’ dan tentunya mendukung kesehatan juga. Meditasi paling baik dilaksanakan saat menjelang akan tidur atau saat bangun tidur di pagi hari.



Berikut ini saya coba tuliskan cara bermeditasi yang sederhana, yaitu Meditasi Anapanasati untuk menjaga kesehatan dan ketenangan pikiran melalui pemusatan pikiran pada peristiwa masuk dan keluarnya nafas. Kita syukuri anugrah oksigen di udara yang sangat berlimpah di Bumi yang harus terus kita jaga kebersihannya agar juga tetap bisa dinikmati anak dan cucu kita kelak. Lalu kita amati dengan seksama saat kita menghirup udara secara perlahan seraya berdoa semoga udara yang kita hirup adalah udara yang mengandung ‘energi positif’ dan udara yang kita hembuskan adalah udara yang mengandung ‘energi negatif’ yang ada di dalam tubuh kita. Lama udara yang masuk dan udara yang keluar usahakan kurang lebih sama dan lakukan secara perlahan misalnya masing-masing 7 detik dan dapat ditingkatkan sesuai kemampuan masing-masing. Lakukan secara terus menerus dan berulang sampai dicapai ketenangan pikiran yang harmoni. Untuk pemula cukup lakukan 10 menit yang nantinya bisa ditingkatkan sampai 30 menit. Coba lihatlah, betapa menaklukan pikiran tidaklah mudah, karena pikiran kita terus menerawang kemana-mana secara liar… tapi tetaplah berusaha untuk fokus ke usaha kita menenangkan pikiran ke masuk dan keluarnya nafas secara perlahan dan lembut. Meditasi ini sebaiknya dilakukan pada tempat yang tenang dengan menggunakan pakaian yang nyaman (tidak ketat).

Dalam dunia medis kedokteran kita kenal istilah ‘Tindakan preventif jauh lebih baik dilakukan daripada tindakan kuratif’.

Semoga cara menjaga kesehatan dengan berjalan kaki dan bermeditasi ini cukup efektif dan bermanfaat, karena kita lebih baik mencegah datangnya penyakit daripada berusaha mengobatinya habis-habisan pada saat terkena penyakit yang tentunya juga akan menghabiskan biaya yang lebih mahal dibandingkan biaya pencegahannya.

Jika terasa jenuh dan bosan berjalan kaki di lingkungan dekat tempat tinggal, kita dapat menyiasati dengan berjalan kaki di alam terbuka pegunungan atau pun pada tepi pantai. Hal ini dapat dilakukan bersama keluarga atau dengan saudara dan teman sekitar 1 atau 2 bulan sekali, agar efisien bahan bakar dan kita tidak banyak menyumbang pencemaran udara dengan CO2 yang sekarang sudah menumpuk pada atmosfer Bumi serta menyebabkan pemanasan global. Saatnya melakukan tindakan 'Sayangi Bumi' mulai dari sekarang.

Semoga tulisan ini bisa bermanfaat untuk para pembaca yang berminat melakukannya. Jangan lupa tetap terapkan gaya hidup sehat dengan makanan bergizi seimbang rendah lemak, minum air putih minimal 8 gelas sehari (hindari yang mengandung alkohol, soda dan gula yang tinggi) serta lakukan istirahat dengan tidur yang cukup.

Tetap semangat untuk menjaga kesehatan, menjaga dan menyayangi Bumi tempat berpijak agar tetap sehat, indah dan nyaman dihuni.

Salam peduli lingkungan.


Sumber bacaan dan gambar dari Wathan89.wordpress.com + browsing Google