Sabtu, 12 Desember 2009

Dari Green Festival Sampai ke Konferensi Perubahan Iklim PBB 2009

Bulan Desember ini, bisa dibilang sebagai bulan Peduli Lingkungan. Di Indonesia, tepatnya di Parkir Timur Senayan, Jakarta, baru saja digelar perhelatan yang disebut Green Festival, tanggal 5 – 6 Desember 2009, sedangkan pada tingkat dunia, PBB menggelar pertemuan akbar yang disebut Konferensi Perubahan Iklim 2009 di Kopenhagen, Denmark tanggal 7 – 18 Desember 2009.



Pada pembukaan Green Festival, ketua panitia penyelenggara Nugroho F. Yudho menjelaskan, Pemerintah Indonesia belum berperan secara optimal memanfaatkan potensi alam dalam rangka mengatasi pemanasan global dan perubahan iklim yang terjadi sekarang ini. Indonesia mempunyai matahari yang bersinar 12 jam sehari, ribuan sungai, angin, dan gelombang air laut untuk pembangkit listrik. Indonesia memiliki iklim tropis untuk pengembangan energi alami biodiesel atau etanol, serta kelebihan lain yang seharusnya bisa dimanfaatkan lebih optimal.

Di tingkat dunia, pembangkit listrik tenaga angin telah mengaliri 31 juta rumah di Jerman dan 18 juta rumah di Amerika Serikat. Spanyol, India, Denmark, Italia, dan China juga memenuhi sebagian listrik dengan memanfaatkan angin. Jepang dan negara-negara Eropa memanfaatkan tenaga surya. Brasil telah 30 tahun mengembangkan bahan bakar etanol sehingga 40 persen dari total kendaraan memakai etanol. Australia sudah 18 tahun mengembangkan biodisel untuk industri. Itu semua bisa terlaksana karena peran langsung dari pemerintahnya.

Pembangkit listrik merupakan penyumbang terbesar emisi gas rumah kaca, baik untuk keperluan rumah tangga, perkantoran, penerangan kota, maupun untuk industri. Hal itu karena 88 persen pembangkit listrik di dunia masih menggunakan bahan bakar fosil sebagai sumber energi. “Kalau sektor transportasi menyumbang 24 persen emisi gas rumah kaca, maka sektor listrik menyumbang 66 persen dari total emisi di dunia,” demikian ucap Nugroho.

Pemanasan Global yang terjadi saat ini, sungguh sudah mencapai taraf yang sangat mengkhawatirkan. Pencairan es baik di Kutub Utara mau pun di Kutub Selatan sudah berlangsung sejak tahun 1996 dan masih terus terjadi sampai saat ini. Indonesia Di Ambang Bencana Akibat Pemanasan Global, karena pencairan es di Kutub Bumi ini, jika tidak dapat dicegah akan terjadi bencana tenggelamnya sekitar 2000 pulau kecil di Indonesia dan sedikitnya 14 Negara pulau kecil di dunia pada sekitar tahun 2030.



Gunung Everest sebagai gunung tertinggi di dunia tidak luput terkena dampak langsung dari peristiwa pemanasan global. Gletser yang terdiri dari salju dan es sudah banyak yang mencair sehingga membentuk sebuah danau glacial yang besar, dengan kondisi dinding yang rawan jebol. Jika jebol, banjir bandang tidak hanya mengancam jutaan jiwa warga di lereng dan kaki gunung, tapi juga bisa meluluh lantakkan jutaan areal pertanian, sumber ekonomi dan permukiman warga. Sekarang salju hanya bisa dilihat dan tersisa di sekitar puncak tertinggi Everest.

Hal inilah yang menyebabkan digelarnya Sidang Kabinet Nepal di Kalapathar yang biasanya dijadikan base camp pendakian, pada ketinggian 5.240 meter di atas permukaan laut (mdpl. Sidang ini juga digelar PM Nepal Madhav Kumar dan 22 menterinya, sebagai persiapan menuju Konferensi Perubahan Iklim PBB, yang akan dihadiri sekitar 110 negara.



KTT ke-15 Perubahan Iklim (Conference of Parties/COP) dari Konvensi Kerangka Kerja dari Badan Dunia untuk Perubahan Iklim (United Nations Framework for Climate Change Convention/UNFCCC) telah resmi dibuka oleh Perdana Menteri Denmark Lars Lokke Rasmussen, Senin lalu (7/12).

KTT ini diharapkan akan menghasilkan kesepakatan yang akan menggantikan Protocol Kyoto yang melahirkan skema carbon trade yang diratifikasi Indonesia pada 2004 dan akan berakhir pada 2012. Skema ini mewajibkan konpensasi atas setiap hektar hutan yang disebut sebagai Reducing Emission from Deforestation dan Degradation (REDD) in Developing Countries, yang masih ditentang Amerika Serikat saat itu. Pada Bali Road Map 2007, dihasilkan kesepakatan aksi adaptasi, jalan pengurangan emisi gas rumah kaca, transfer teknologi dan keuangan yang meliputi adaptasi dan mitigasi.

Indonesia berjanji akan berperan aktif setelah Presiden Susilo Bambang Yodhoyono pada Pertemuan G20 di Pitsburg, USA mengusulkan agar negara maju wajib menurunkan tingkat emisi yang dikeluarkan dari kawasan industri mereka. Delegasi Indonesia yang dipimpin Ketua Harian Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI), Rachmat Witoelar, berjanji akan menjembatani semua kepentingan negara industri dan negara berkembang pada KTT ke-15 Perubahan Iklim, agar tercapai kesepakatan yang mengikat. Indonesia sendiri mentargetkan penurunan emisi 26 % atau 41 % dari trayektori tahun 2020 jika ada bantuan internasional. Sebenarnya Indonesia tidak diwajibkan menentukan target, yang dituntut harus adalah negara industri maju yang kalau bisa mau menurunkan emisinya sebesar 50 % pada tahun 2050 dari level 1990.

Pada awalnya, banyak yang meragukan KTT ini akan berhasil. Bagi beberapa negara, kesepakatan di Kopenhagen adalah persoalan kelangsungan hidup generasi mendatang. Perwakilan Negara Kepulauan Solomon dengan terbata menahan tangis, menyampaikan harapan agar dunia melihat anak-anak di pulau kecil dan Negara dunia ketiga yang masa depannya suram akibat perubahan iklim.

“Mampukah kita menjaga kelangsungan hidup? Jika kita gagal, siapa yang akan disalahkan? Anda semua dan saya yang akan disalahkan !”

Aliansi Negara-negara Pulau Kecil (AOSIS) yang terdiri dari 43 negara, merupakan kelompok paling rentan akibat kenaikan muka air laut, juga dampak badai tropis yang terjadi semakin sering dan dahsyat. Komitmen tiga emiter terbesar Gas Rumah Kaca (GRK) dunia yaitu Amerika, Cina dan India, sangat dinantikan. Syukurlah pemerintah Amerika, sejak dipimpin oleh Demokrat banyak berubah kerarah yang positif, dan mentargetkan penurunan emisi sebesar 17 persen dari level tahun 2005 pada tahun 2020. China pun telah mengeluarkan target penurunan emisi 40-45 persen dari level tahun 2005 pada 2020 yang didasarkan pada produk domestik bruto (GDP)-nya.

Sedangkan India, seperti diungkapkan Menteri Lingkungan India Jairam Ramesh Kamis pekan lalu (3/12), menyatakan akan mengurangi 20-25 persen emisi gas rumah kaca pada 2020 dengan acuan tahun 2005, akan tetapi India tidak akan menandatangani kesepakatan apapun yang sifatnya mengikat, dalam KTT Iklim di Kopenhagen.

Semoga tulisan ini dapat memberikan gambaran tentang bahaya perubahan iklim yang akan menuai bencana alam di Bumi. Hentikan Pemanasan Global, mulai dari sekarang. Sebagai warga Bumi, seluruh komponen pemerintah di dunia dan warga dunia harus mempunyai komitmen bersama memerangi Pemanasan Global ini, agar tidak berlanjut menjadi bencana dahsyat yang bisa memusnahkan sebagian besar keanekaragaman hayati di dunia, tidak terkecuali termasuk manusia didalamnya.

Ayo kita berperan untuk turut serta Mengatasi Pemanasan Global Mulai dari Rumah kita masing-masing, agar dampak negatif pemanasan global ini dapat direduksi. Hemat listrik, hemat air dan tanam pohon (Go Green), demi terciptanya bumi yang lebih baik dan tetap dapat dinikmati oleh generasi penerus, yaitu anak cucu kita sendiri. Ayo mulai peduli lingkungan dan Sayangi Bumi, mulai dari sekarang !

Sumber berita: Kompas cetak tanggal 6 s/d 9/12/2009.

Kamis, 26 November 2009

Keseimbangan Ekosistem Bumi Terusik Sudah

Sebenarnya Bumi diciptakan oleh Nya dengan keseimbangan hukum alam yang harmoni
Sebenarnya Bumi berputar, berotasi dan berevolusi secara teratur dalam keseimbangan semesta alam
Sebenarnya yang namanya ekosistem Bumi terus berjalan seimbang dan selaras

Namun keseimbangan ekosistem Bumi terusik sudah…

Atas nama pembangunan, penghijauan berubah jadi hutan beton megah
Atas nama keserakahan, hutan-hutan dibabat seliar-liarnya
Atas nama kesengajaan, dan keapatisan hutan-hutan terbakar

Kini keadaan Bumi semakin meranggas
Penggundulan hutan menjadikan udara gerah semakin panas
Lapisan es di kutub Bumi pun semakin mencair dan semakin banyak

Kini keadaan Bumi semakin merana
Perubahan iklim, pemanasan global berdampak bencana
Gempa bumi, tanah longsor, gunung meletus, kekeringan, banjir, hujan badai dimana-mana

Kini keadaan Bumi pun semakin renta
Masih adakah lingkungan alam yang indah nyaman untuk anak cucu kita tercinta ?
Masih adakah ruang dan waktu tersisa untuk menyayangi Bumi tempat kita berpijak ?

Atas nama kenyamanan berkendara, bahan bakar fosil CO2 diumbar ke udara
Atas nama keangkuhan, industri peternakan dan sampah perkotaan semakin banyak mengumbar gas metana
Atas nama segala kemajuan, energi listrik terkuras agar dunia terang benderang

Sekarang sudah waktunya peduli lingkungan sekitar
Jangan biarkan keadaan Bumi semakin sekarat
Jangan biarkan anak cucu generasi penerus mewarisi keadaan Bumi yang semakin kelam

Sekarang saatnya bertindak membantu Bumi tercinta
Go Green, hijau hijaukan halaman rumah kita, lingkungan dan hutan kita
Hematlah energi, pakai energi dan bahan bakar terbarukan serta barang-barang ramah lingkungan

Sekarang saatnya harus bertindak
Agar Bumi tempat kita berpijak kembali hijau, indah dan nyaman
Agar Bumi tempat kita berpijak kembali tersenyum cerah, menyongsong masa depan anak cucu kita…

Kita sayangi bumi mulai sekarang...
Yaa... kita harus bertindak mulai sekarang !


Tangerang CS231109

Rabu, 07 Oktober 2009

‘Back to Nature’: Ayo Belajar Dengan Suku Baduy !

Istilah ‘back to nature’ (kembali ke alam) sering kita dengar akhir-akhir ini, seiring dengan perkembangan zaman, banyak merubah gaya hidup dan pola pikir yang ketinggalan zaman menjadi serba modern, serba praktis, serba cepat. Namun banyak akibat negative yang ditimbulkan , jika kita tidak dapat ‘menyaring terlebih dulu’ mana yang baik dan tidak untuk perkembangan hidup dan kehidupan yang kita jalani. Misalnya, dari segi kesehatan, sering makan di restoran cepat saji (fast food) terutama makan daging yang banyak mengandung lemak, dapat mengakibatkan resiko terkena penyakit seperti: kegemukan, tinggi kolesterol, stroke dan serangan jantung, diabetes dan sebagainya. Oleh karenanya, pola makan sehat ‘back to nature’ dengan mengurangi makan daging, perbanyak serat dari sayur-sayuran, biji-bijian dan buah-buahan alamiah mulai diterapkan oleh mereka yang perduli akan kesehatannya.

Demikian pula pada arsitektur perumahan, gaya ‘back to nature’ semakin digemari, karena pemakaian bahan bangunan alamiah seperti batu alam pada lantai, dinding, bentuk ‘minimalis’, mengoptimalkan berhembusnya angin dan masuknya cahaya alam dari Matahari pastinya akan membuat penghuni rumah menjadi nyaman dan betah di rumah.

Jika dikaitkan dengan keadaan Bumi kita yang sedang mengalami proses Pemanasan Global dan Perubahan Iklim, istilah ‘back to nature’ sangat tepat untuk diterapkan sebagai bagian peran kita turut serta menyelamatkan Bumi dari bahaya Pemanasan Global sekarang ini.
Penghijauan lingkungan dan penggunaan bahan serta barang yang ramah lingkungan (eco friendly products), penting diterapkan untuk membantu menyelamatkan lingkungan dan Bumi yang harus selalu kita sayangi. Lihatlah sejak tahun 2004 pencairan es di Kutub Utara dan Selatan terus berlangsung sampai saat ini dengan kecepatan pencairan yang sangat mengkhawatirkan, jika tidak ada tindakan nyata dari seluruh warga bumi untuk mereduksi kecepatan terjadinya Pemanasan Global, maka bencana alam akan semakin sering terjadi di Indonesia dan di seluruh peloksok dunia. Bencana gempa bumi yang terjadi di Tasikmalaya dan Padang pun terjadi tidak lepas dari pengaruh akibat Pemanasan Global !


Kita bisa banyak belajar untuk menghargai alam sekitar dari Suku Baduy di Desa Kanekes, Leuwidamar-Lebak, Banten, yang terletak sekitar 120 kilometer sebelah Barat Daya dari Jakarta. Berikut adalah kegiatan dan kehidupan Suku Baduy sehari-hari yang selaras dengan usaha kita untuk mereduksi mengatasi bahaya Pemanasan Global yang sedang kita alami sekarang ini.


Warga suku Baduy tidak diperbolehkan menebang pohon secara sembarangan, terutama pohon yang berada pada area hutan lindung karena diperlukan untuk menjaga keseimbangan dan kejernihan sumber air. Pepohonan di areal ini tidak boleh ditebang untuk dijadikan apa pun, termasuk diubah peruntukannya menjadi ladang atau kebon sayur/buah.

Berladang/ bercocok tanam/ bertani merupakan pekerjaan utama suku Baduy. Tidak diperbolehkan penggunaan bahan-bahan kimia seperti pestisida terutama bagi orang Baduy Dalam yang hanya mengunakan pola tradisional dengan dibantu doa serta mantra-mantra.


Area pemukiman menggunakan bahan alamiah yang ramah lingkungan dan dibuat sendiri oleh warga Baduy secara bergotong-royong. Lantai panggung dan dinding menggunakan anyaman bambu, sedangkan atap dari bahan rumbia, membuat udara segar dan cahaya matahari dapat dimanfaatkan secara maksimal.


Demikian pula dengan pembuatan fasilitas umum seperti jembatan untuk menyeberangi sungai, dibuat dari bahan-bahan alamiah seperti: jembatan bambu pada kampung Gajeboh, memanfaatkan rangkaian bambu besar dan panjang dan jembatan akar yang panjangnya 25m di atas Sungai Cisemeut, memanfaatkan akar pohon karet yang saling dililit/dipilin membentuk anyaman berbentuk jembatan yang dapat digunakan oleh orang untuk menyeberangi sungai.


Hasil panen ladang di Baduy terutama padi. Padi ini disimpan di
lumbung-lumbung yang juga dibuat dari bahan bangunan alamiah seperti pada rumah dan bisa bertahan sampai puluhan bahkan ratusan tahun! Padi dimanfaatkan untuk mencukupi kebutuhan pangan warga Baduy. Budaya adat Baduy juga mengatur bahwa padi yang dihasilkan suku Baduy tidak boleh diperjualbelikan, baik di dalam ataupun di luar Baduy. Padi hanya boleh diberikan secara gratis. Bila ada warga yang gagal panen atau kekurangan beras, warga lain secara gotong royong membantu mencukupi kebutuhan beras mereka yang tertimpa musibah. Sedangkan tanaman sayur dan buah, seperti kacang, durian, atau aren ditanam di antara padi pada lahan yang disebut kebon, dan juga biasa ditanam tumpang sari dengan tanaman padi. Semuanya ditanam secara organik dan alamiah.


Udara di kampung Baduy yang berbukit-bukit (sebagian kontur kemiringan tanah mencapai 45 sampai dengan 60 derajat) tergolong masih bersih dan segar. Salah satunya karena suku Baduy pantang menggunakan alat transportasi, karena itu asap dari knalpot pun tidak dijumpai di kampung ini. Tak jarang, warga Baduy-terutama laki-laki-meninggalkan ladangnya bila pekerjaan di ladang tidak terlalu banyak, kegiatan bepergian ini dilakukan dengan berjalan kaki walau pun harus ke luar kota !


Kain dan baju yang dipakai oleh warga Baduy merupakan hasil tenunan sendiri dengan memanfaatkan bahan dan pewarnaan alamiah dari hutan yang ada. Demikian pula tas dibuat sebagai kerajinan tangan suku Baduy (kain tenun dan tas dapat dibeli sebagai oleh-oleh dari suku Baduy Luar yang tinggal mulai tapak batas sampai dengan jembatan bambu di kampung Gajeboh). Melalui warna baju yang dikenakan kita dapat membedakan suku Baduy Luar umumnya mengenakan warna hitam sedangkan Baduy Dalam warna putih. Untuk kegiatan membersihkan gigi dan badan juga menggunakan bahan alamiah dari tumbuhan disekitar seperti sirih.


Makanan dan minuman warga baduy dibuat sendiri dari kegiatan berladang, dan pasti tidak tercemar bahan kimia pengawet seperti formalin dan borax. Salah satu minuman khas yang dibuat adalah campuran jahe dan gula aren (bisa dibeli sebagai oleh-oleh) yang sungguh sangat menyegarkan badan setelah jalan-jalan diperkampungan Baduy yang berbukit dengan pemandangan alamiah yang masih indah dan berudara segar. Kita harus
berjalan dari terminal Ciboleger sekitar 3 kilometer ke jembatan bambu Baduy Luar di kampung Gajeboh dan sekitar 12 kilometer ke kampung Baduy Dalam di Cibeo. Sungguh kegiatan jalan-jalan di perbukitan (hiking) yang cukup berkeringat tetapi menyehatkan !


Dengan sistem kepercayaan, adat-istiadat, serta niat untuk menjaga keseimbangan alam, suku Baduy terbukti mampu mandiri menghidupi diri mereka sekaligus melestarikan alam sekitarnya. Warga suku Baduy sangat cinta produk lokal buatan mereka sendiri, akibat positifnya mereka tidak ‘kena’ resesi ekonomi global dan yang pasti tidak turut menyumbang gas rumah kaca (CO2, metana, N20) penyebab terjadinya Pemanasan Global di bumi kita. Semoga saja, budaya adat mereka tidak serta-merta berubah akibat pengaruh yang datang dari para tamu serta turis yang silih berganti mengunjungi kampungnya yang memang terlihat masih unik, bersih dan alamiah.

Ayo kita ‘back to nature’, seperti budaya makan suku Baduy, kita terapkan budaya pola makan sehat banyak serat, organik dan segar yang justru banyak terdapat pada makanan vegetarian tradisionil asli Indonesia seperti lalapan, gado-gado, karedok, asinan sayur dan buah, aneka rujak, ketoprak, pecel, sayur asem, lontong sayur, tahu/tempe, pepes jamur, oncom dan masih banyak lagi lainnya. Dengan banyak meng-konsumsi pangan lokal, kita telah bantu Sayangi Bumi, karena telah memutus rantai transportasi yang menjadi penyebab terbesar kedua terjadinya Pemanasan Global saat ini, jika kita bisa mengurangi dan bahkan berhenti makan daging (menjadi vegetarian) maka kita akan memutus rantai pangan daging dari industri peternakan yang menjadi penyebab utama terbesar terjadinya Pemanasan Global !

Ayo kita ‘back to nature’ dan tetap perduli Sayangi Bumi, jaga lingkungan sekitar agar tidak tercemar, jangan menebang pohon namun tambahlah tanam pohon dan hijaukan halaman rumah kita sendiri, walaupun sekecil apapun halamannya tetap berperan membantu Bumi mereduksi gas rumah kaca CO2, salah satu penyebab Pemanasan Global. Ayo kita beritahu bahaya Pemanasan Global kepada keluarga, teman, saudara dan siapa pun, sehingga kita bisa mulai ‘action’ mulai dari langkah kecil seperti memilah sampah terutama sampah plastik yang sangat berbahaya bagi makhluk hidup di bumi maupun bagi Bumi sendiri (butuh waktu ratusan tahun bagi Bumi untuk mengurainya). Ayo tetap semangat dan tetap selalu ‘Sayangi Bumi’ !

Sabtu, 05 September 2009

Stop Dreaming Start Action: Stop Global Warming!



Stop Dreaming, jangan bermimpi dapat melihat Bumi seperti Taman Firdaus duapuluh tahun lagi, karena saat ini kita sudah merasakan udara panas menyengat dan gerah setiap hari akibat peristiwa Pemanasan Global (Global Warming) dan Perubahan Iklim (Climate Change). Bencana gempa bumi besar (7,3 skala richter) baru saja terjadi di Tasikmalaya, sedangkan bencana alam lainnya seperti tanah longsor, gunung meletus, tsunami, kekeringan, badai dan banjir silih berganti terjadi di Indonesia dan negara lain di seluruh dunia, semua bencana tersebut mempunyai korelasi langsung akibat Pemanasan Global dan Perubahan Iklim. Start Action, segeralah bertindak agar Bumi kita terbebas dari bahaya bencana yang terjadi akibat Pemanasan Global.

Stop Dreaming Start Action, merupakan slogan yang tepat untuk diterapkan dengan segera untuk menyelamatkan Bumi (save the earth) dari kerusakan yang sedang terjadi akibat Pemanasan Global.

Indonesia Diambang Bencana Akibat Pemanasan Global, menurut Prof. Emil Salim sekitar 2.000 pulau kecil di negara kita akan tenggelam dan dan hilang pada tahun 2030 jika tidak ada tindakan yang signifikan
dari segenap komponen bangsa untuk mereduksi Gas Rumah Kaca (terdiri dari: CO2, metana, N2O) penyebab Pemanasan Global, oleh karenanya segeralah Start Action, bertindak melakukan langkah-langkah untuk menyelamatkan negara kita dari segala bencana akibat Pemanasan Global.

Stop Dreaming, sudah 42 % es di Kutub Utara mencair sejak tahun 2004 dan sudah 75 % es di Kutub Selatan mencair sejak tahun 2006, laju pencairan es di Kutub Bumi sudah pada taraf yang sangat mengkhawatirkan. Pada tahun 2008 Mark Lynas, seorang ahli lingkungan, memprediksi jika suhu Bumi naik lebih dari 2,7 derajat Celcius pencairan es akan menaikkan level air laut hingga 6 meter.
Start Action, segera bertindak agar kota-kota di seluruh pantai utara (pantura) Jawa dan kota-kota pantai di seluruh dunia tidak turut tenggelam dan hilang dari peta dunia.

Stop Dreaming, kerusakan lingkungan akibat penggundulan dan kebakaran hutan, pencemaran lingkungan dari industri peternakan dan polusi udara dari emisi buangan kendaraan bermotor menjadi penyebab utama berkumpulnya Gas Rumah Kaca pada atmosfer Bumi.
Start Action, lakukan tindakan Sayangi Bumi, Ayo Tanam Pohon Hari ini, kita dukung program penanaman pohon secara massal bersama-sama (Go Green), dan program menanam pohon ‘satu orang satu pohon’ (one man one tree), agar konsentrasi CO2 bisa kita reduksi dan kita nikmati udara segar di lingkungan kita.

Start Action, lakukan tindakan mengurangi konsumsi daging pada pola makan kita. Dengan mengurangi makan daging seminggu sekali saja kita sudah membantu Gerakan Sayangi Bumi 7,6 kali lebih cepat dibandingkan gerakan hemat energi skala rumah tangga dalam setahun ! Industri peternakan menyumbang 9 % CO2, 65 % N2O dan 37 % NH4 (metana). Perlu diketahui efek rumah kaca N20 adalah 296 kali CO2, sedangkan metana adalah 25 kali CO2. Sungguh luar biasa dampak kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh industri peternakan penyumbang Gas Rumah Kaca terbesar (18 %) menurut laporan FAO PBB! Stop Dreaming, kebutuhan pakan ternak (kedelai, jagung, gandum) telah melebihi kebutuhan pangan manusia, padahal masih bayak peristiwa kelaparan di dunia. Sekali lagi, Start Action, kurangi konsumsi daging jika memungkinkan jadi vegetarian sangat membantu Sayangi Bumi untuk mereduksi bahkan menghentikan Pemanasan Global.

Start Action, lakukan tindakan nyata untuk mengurangi emisi buangan kendaraan bermotor kita. Cukup jalan kaki atau bersepeda untuk bepergian pada lingkungan yang dekat, lebih sehat ! Untuk jarak yang lebih jauh gunakan kendaraan umum atau menumpang kendaraan teman atau saudara yang searah tujuan tentunya dapat hemat BBM yang hasil pembakarannya bila digabungkan se dunia menyumbang 13,5 % Gas Rumah Kaca !

Start Action, lakukan dan gunakan bahan bakar dan barang-barang kebutuhan sehari-hari yang ramah lingkungan (eco friendly products) dan bahan makanan/sayuran organik (organic vegetables) yang menghindari penggunaan bahan kimia atau pestisida.

Start Action, mulailah ambil tindakan untuk memilah sampah yang organik (sampah sisa makanan, sayur/buah, daun kering dsb) dan yang non organik (plastic, gelas/botol bekas kemasan minuman, kertas/kasdus, kayu, kain , kulit dsb), yang organic bisa diolah jadi pupuk kompos dan yang an-organik bisa dimanfaatkan kembali untuk yang wadah plastik bisa dijadikan pot tanaman misalnya, diolah menjadi produk kerajinan tangan atau di-daur ulang (recycle).

Start Action, lakukan dan gunakan barang-barang keperluan sehari-hari yang terbuat dari kertas, plastic, kayu, kaca, besi aluminium, kulit dengan cara REUSE (gunakan kembali), REDUCE (berhemat/gunakan/ beli barang seperlunya), RECYCLE (men-daur ulang barang) ditambah kegiatan RESPECT (menghargai barang yang dimiliki).

Start Action, lakukan penghematan air dengan tidak membiarkan air kran/shower mengalir terus (dalam 1 menit air terbuang 9 liter) pada saat kita menggosok gigi, cuci tangan, mandi, cuci mobil dan sebagainya. Manfaatkan air hujan, air bekas cucian beras, buah dan sayur untuk menyiram tanaman.

Start Action, lakukan penghematan energi listrik dengan mematikan peralatan listrik jika tidak digunakan, ganti lampu pijar dengan lampu hemat energi, gunakan timer pada lampu teras dan taman serta ac, tidak terlalu sering buka/tutup lemari es dan sebagainya.

Stop Dreaming Start Action, wujudkan impian pembuatan pembangkit listrik sebagai sumber energi ramah lingkungan alternatif dengan memanfaatkan sumber panas matahari, panas bumi, tenaga angin dan tenaga air (mikro hidro).

Stop Dreaming Start Action, wujudkan impian dan mulai membuat rumah tinggal walaupun kecil tapi ramah lingkungan dan kembali ke alam (back to nature) seperti pembuatan jendela kaca yang luas untuk memanfaatkan cahaya alamiah dari matahari dan bukaan ventilasi alam agar angin bisa berhembus bebas ke dalam ruang, kalau memungkinkan gunakan pembangkit listrik yang ramah lingkungan.

Stop Dreaming Start Action, jangan bermimpi segeralah bertindak Sayangi Bumi, Hentikan Pemanasan Global ! Wujudkan Gerakan Sayangi Bumi dalam kehidupan sehari-hari dimulai dari diri dan keluarga sendiri, lalu kita informasikan pada lingkungan yang lebih luas agar Bumi bisa terbebas dari ‘sakit’ akibat Pemanasan Global ! Dengan memberitahukan bahaya akibat pemanasan global dan langkah kecil seperti tidak membuang sampah sembarangan misalnya, kita sudah Stop Dreaming Start Action membantu Bumi, mencegah dan melawan Pemanasan Global (to prevent and fight global warming), sehingga dua puluh tahun lagi kita masih bisa melihat taman indah, hutan hijau alami dan pulau-pulau di Indonesia tidak jadi tenggelam !

Stop Dreaming Start Action, ayo wujudkan segala impian dengan memulai langkah-langkah kecil, dilanjutkan dengan langkah-langkah yang lebih besar sehingga sampai di tempat tujuan. Semua langkah yang dijalani walaupun kecil jauh lebih bermanfaat dibandingkan cuma mimpi besar yang tidak pernah diwujudkan. Start Action lebih bermakna dan bermanfaat dibanding dream…dream…just dreaming !

Stop Dreaming Start Action, merupakan slogan yang dipakai oleh Kontes SEO Joko Susilo.Com dengan hadiah terbesar yang pernah diberikan kontes serupa di dunia per-blog-an di Indonesia.
Ayo ikutan ! Stop Dreaming jangan cuma mimpi, Start Action bertindaklah ! Walaupun waktu tinggal sedikit, walaupun masih newbie, walaupun masih cari itu ini, yang penting Stop Dreaming dan Start Action… Pliiis !

Kamis, 03 September 2009

STOP GLOBAL WARMING: Let’s Do 1001 Ways to Make The World a Better Place !




Many ways we can take to stop global warming, to save environment and save the earth. Please take action now to make the world a better place for the future of our next generation ! Please ‘Sayangi Bumi’ , back to nature and use eco friendly products ! Here are the ways to prevent and fight Global Warming:

 Shop with a canvas bag instead of using paper and plastic bag.
 Wash clothes with cold water instead of hot.
 Turn off electrical appliances when not in use.
 Connect your outdoor lights with a timer.
 Use traps instead of rat poisons and insect killers.
 Minimize pesticide use.
 Copy and print on both side of paper.
Reuse items like envelopes, folders and paper clips.
 Use mailer sheets for interoffice mail instead of an envelope.
 Use e-mail instead of paper correspondence.
 Use recycled paper
 Use discarded paper for scrap paper
 Use a ceramic or glass coffee mug instead of a disposable cup
 Use solar power for home and water heating
 Purchase radial tires and keep them properly inflated for your vehicle.
 Paint with brushes and rollers instead or using spray paints to minimize
harmful emissions.
 Install water saving devices on your faucets and toilets.
 Don’t wash dishes with the water running continuously
 Avoid products with several layers of packaging when only one is sufficient.
 Only use electrical appliances when you need them.
 Buy recycled products.
 Maintain and repair durable products instead of buying new ones
Reuse item products bags and containers when possible.
 Use cloth napkins instead of paper ones.
 Use reusable plates and utensils instead of disposable ones.
 Use reusable containers to store food instead of aluminum foil
and cling wrap.
 Buy rechargeable batteries for devices used frequently.
Reuse packaging cartons and shipping materials.
 Old newspaper make great packaging material.
 Use public transit whenever possible.
 Compost your vegetable scraps.
 Buy used furniture .
Recycle everything: newspaper, bottles and cans, aluminum foil,
etc.
 Don’t use electrical; appliances when you can easily do by hand, such as opening
cans.
 Use cold water in the washer whenever possible.
 Use less chemical when cleaning.
 Save wire hangers and return them to the dry cleaners.
 Donate used items to a charitable organization or thrift shop.
 Flush the toilet less often.
 Turn off the water heater before you leave for vacation.
 Start a compost pile.
 Use only organic fertilizers.
 Compost your leaves and yard debris, or take them to a yard debris recycler.
 Use compact fluorescent light bulbs to save energy.
 Grow bamboo instead of building a fence.
 Use a flash drive instead a CD.
 Advise people around you about the dangers of global warming.
 Eat all your meal at the restaurant to avoid taking home in plastic bag.
 Use waste water from washing clothes to water your plants.
 Use sunlight instead of electric light.
 Turn off the engine while fueling your car.
 Take the stairs instead of using the elevator.
 Stop wasting food because food scraps give off methane gas.
 Clean your air conditioning regularly.
 Stop using aerosol sprays to reduce CFC.
 Open the window to cool your room instead of using air conditioning.
 Buy products that are labeled environmentally friendly.
 Use a car that is just big enough for your family.
 Use biological energy like biodiesel and ehanol.
 Replace your old refrigerator .
 Defrost your refrigerator regularly.
 Take out the unnecessary items from the refrigerator every week.
 Use sunlight to dry your clothes.
 Use clothes made from natural resources.
 Install an automatic safety cut out for your electricity system.
 Use green colored glass to reduce the heat in your home.
 Stop burning grass in the field.
Reduce the brightness of your computer monitor.
 Set a timer to turn off your air conditioning before dawn.
 Build houses to make use of natural air currents and light.
 Don’t put hot food in refrigerator.
 Grow your own kitchen garden.
 Buy organic vegetable.
 Buy locally made products to reduce transportation.
 Divide your recyclable garbage into relevant materials.
 Turn off your computer monitor at break times.
 Shut off your electrical equipment in the evening when you leave work.
 Use a portable computer as it uses less energy than a desktop model.
 Just print in black and white wherever possible.
 Do not drive over the speed limit.
 Don’t carry unnecessary stuff in the trunk of your car.
 Check your car regularly to make sure it is in good condition.
 Check your tires regularly.
 Check your car for oil or other leaks, and recycle motor oil.
 Keep your car tuned up and your oil changed.
 Keep your tires properly inflated.
 Keep your wheels properly aligned.
 Cut driving miles.
 Save trash and dispose of it at rest stop.
 Buy a car that is more fuel–efficient and produces lower emissions.
 Use eco-friendly car.
 Use smaller paper for smaller memos.
 Avoid buying food or products packaged in plastic or styrofoam containers since
they cannot be recycled.
 Buy locally grown food when possible.
 Don’t buy products made from endangered animals.
Reduce your meat consumption or you can sign the pledge to be vegetarian.
 Join a conservation organization.
 Volunteer your time to conservation projects.
 Give money to conservation projects.
 Encourage your family, friends, and neighbors to save resources too.
 Teach children to respect nature and the environment.
Plant a tree(Go Green).
 Use recycled bag to save the environment.

Source: Honda ads at KOMPAS April 17th, 2008.

Selasa, 01 September 2009

Sayangi Bumi: Mungkinkah kita bisa pindah hidup di planet lain ?

Bumi yang kita huni, merupakan salah satu planet dalam Sistem Tata Surya, dan selalu berputar mengelilingi sebuah bintang yang disebut Matahari. Bumi terbentuk sekitar 4,6 milyar tahun yang lalu dari gas dan debu panas menjadi bola lahar yang kemudian mendingin dengan suhu dipusatnya sekitar 5.500 derajat Celcius. Saat kerak Bumi terbentuk, gas terlepas dari dalam Bumi membentuk gelembung gas membentuk lapisan yang disebut atmosfer, sehingga udara, awan serta air pun terbentuk. Pada akhirnya makhluk hidup muncul, dimulai dari lautan kemudian bergerak ke daratan berupa tumbuhan dan binatang. Melalui proses evolusi yang lama, maka terbentuklah Bumi sebagaimana yang kita lihat sekarang ini.

Sistem Tata Surya kita merupakan bagian dari kelompok bintang dan planet yang disebut Bimasakti. Dalam sistem yang lama terdapat sembilan planet yang mengelilingi Matahari yang terdiri dari: Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus dan Pluto. Pada perkembangan terakhir, para astronom sepakat untuk mengelompokkan Pluto sebagai planet kerdil/katay (dwarf planet) bersama dengan: Ceres, Sedna dan 2003 UB313(Eris), sehingga jumlahnya menjadi ‘dua belas planet’ (Sumber: astronomy-pictures.net).



Adakah tanda-tanda kehidupan lain selain di Planet Bumi ?


Matahari merupakan pusat dari sistem Tata Surya kita, berjarak 150 juta km dari Bumi, mempunyai diameter 1,4 juta km dan temperature 6.000 derajat Celcius di permukaan, 15 juta derajat Celcius di intinya. Karena sedemikian bersinar dan panasnya, kita tidak dapat memandang Matahari secara langsung (bisa mengakibatkan mata buta), tetapi Matahari menjadi sumber energi utama terhadap kehidupan di Bumi.


Merkurius adalah planet terdekat ke Matahari, jaraknya 58 juta km mempunyai diameter 4.878 km, tidak punya atmosfer lapisan gas, sehingga cepat menjadi sangat panas hingga 400 derajat Celcius pada bagian yang berhadapan langsung dengan Matahari, serta sangat dingin hingga minus 200 derajat Celcius pada sisi gelapnya. Permukaannya yang sangat gersang tidak mungkin di huni manusia.


Venus adalah planet kedua dari Matahari, jaraknya 108 juta km mempunyai diameter 12.100 km, permukaannya selalu panas mendidih dan atmosfernya tebal dan beracun terdiri dari CO2 dan awan asam sulfur yang menjadi hujan asam. Kondisi ini sangat tidak mungkin dihuni manusia.



Bumi sebagai planet ketiga adalah ‘rumah kita’ , jaraknya ke Matahari 150 juta km, diameternya 12.756 km. Letaknya sangat ideal untuk menerima cahaya Matahari, sehingga terdapat udara untuk bernapas dan banyak air untuk kehidupan tumbuhan, binatang serta manusia.


Bumi mempunyai Bulan yang selalu mengelilinginya, berjarak 364.000 km dari Bumi, diameternya 3.476 km, permukaannya dipenuhi kawah-kawah dan tidak punya udara dan air, jadi kita tidak bisa hidup di Bulan.


Mars adalah planet dingin dan berbatu, berjarak 228 juta km dari Matahari, diameternya 6.786 km, permukaannya terdapat kawah dan gunung seperti di Bumi, tapi selalu ditutupi oleh debu merah yang sering ditiup oleh angin kencang dan terjadi badai besar (Mars sering dijuluki sebagai planet merah). Mars mempunyai dua bulan Phobos dan Deimos yang berukuran kecil 25 km dan 13 km berbentuk lonjong seperti kentang raksasa. Pathfinder pernah mendarat di Mars tahun 1997 dan mengirim foto permukaan Mars, hasilnya tidak menunjukkan bukti kehidupan.


Jupiter merupakan planet terbesar dalam Tata Surya kita, berjarak 778 juta km, berdiameter 142.984 km, permukaannya berupa gas hydrogen dan helium, mempunyai awan berwarna merah, kuning dan putih yang menjadikan badai dipermukaan selama ratusan tahun, bulan yang mengelilinginya ada 16 buah. Empat bulan terbesarnya: Io, Europa, Ganymede dan Callisto (disebut bulan Galilean karena ditemukan oleh Galileo Galilei tahun 1610), Io selalu panas karena punya gunung berapi yang sering meletus, sedangkan Europa sangat dingin karenanya selalu dilapisi es.


Saturnus merupakan planet terbesar kedua di Tata Surya, berjarak 1.427 juta km dari Bumi, berdiameter 120.536 km, sama seperti Yupiter permukaannya berupa gas, ciri khasnya mempunyai cincin datar yang lebar berasal dari jutaan gumpalan batu dan es yang turut berputar mengelilinginya. Saturnus memiliki 18 bulan yang sangat dingin (karena letaknya jauh dari Matahari), yang terbesar Titan, adalah satu-satunya yang memiliki atmosfer.


Uranus berjarak 2.871 juta km dari Matahari, berdiameter 51.118 km,


sedangkan Neptunus berjarak 4.497 km dari Matahari, berdiameter 49.528 km, keduanya mempunyai atmosfer tebal, inti batu yang kecil dan cincin yang samar, permukaannya berupa gas. Jadi baik Jupiter, Saturnus, Uranus dan Neptunus sangat tidak mungkin dihuni manusia karena permukaannya tidak bisa dipijak.


Pluto berjarak 5.914 km dari Matahari, berdiameter 2.284 km, bersama planet kerdil lainnya Charon dan Eris permukaannya dari batu berlapis es, yang tentunya juga tidak bisa dihuni manusia.
Khusus untuk Ceres, permukaannya terdapat lautan yang mungkin sudah ada kehidupan didalamnya, namun masih misteri yang baru dapat dijawab setelah misi Dawn dari NASA tahun 2015 menjejak Ceres.

Berdasarkan pengamatan astronom sebenarnya, di luar sistem Tata Surya ada planet lain yang mengelilingi bintang yang disebut exoplanet atau planet extrasolar, yang mirip dengan Bumi diduga ada jejak air, yaitu planet Gliese 581c yang terletak pada sistem Bintang Gliese 581 (pada rasi Bintang Libra), namun belum bisa dipastikan ada atau tidaknya kehidupan diluar galaxy Bima Sakti kita.

Jadi kesimpulannya, kita jangan terlalu berharap kepada yang tidak pasti. Ayo kita Sayangi Bumi, kita cegah Pemanasan Global jangan menunggu sampai es di Kutub Utara dan Selatan Bumi mencair, jangan menunggu kondisi Bumi semakin gersang, kering kerontang sehingga kita harus mengungsi keluar dari Planet Bumi, karena belum ada tempat yang pasti dapat dihuni manusia di luar sana, kalau pun ada, teknologi dan biaya untuk pindah kesana bukan hal yang mudah. Ayo kita lebih peduli dengan keadaan di Bumi, perbaiki lingkungan sekitar kita, selamatkan Bumi mulai dari sekarang ! (Save Environment, Save The Earth !) Hijaukan Bumi, dengan menanam pohon mulai hari ini, serta bertindak ramah lingkungan agar Bumi kita tetap nyaman untuk dihuni sampai anak cucu kita nanti.

Jumat, 21 Agustus 2009

Be Vegetarian to Save Environment and Save the Earth !



This is a part of a report published by the United Nations Food and Agriculture Organization, the livestock sector generates more greenhouse gas emissions as measured in CO2 equivalent – 18 percent – than transport. It is also a major source of land and water degradation.

With increased prosperity, people are consuming more meat and dairy products every year. Global meat production is projected to more than double from 229 million tonnes in 1999/2001 to 465 million tonnes in 2050, while milk output is set to climb from 580 to 1043 million tonnes.

Long shadow>>

The global livestock sector is growing faster than any other agricultural sub-sector. It provides livelihoods to about 1.3 billion people and contributes about 40 percent to global agricultural output. For many poor farmers in developing countries livestock are also a source of renewable energy for draft and an essential source of organic fertilizer for their crops.

But such rapid growth exacts a steep environmental price, according to the FAO report, Livestock’s Long Shadow –Environmental Issues and Options. “The environmental costs per unit of livestock production must be cut by one half, just to avoid the level of damage worsening beyond its present level,” it warns.

When emissions from land use and land use change are included, the livestock sector accounts for 9 percent of CO2 deriving from human-related activities, but produces a much larger share of even more harmful greenhouse gases. It generates 65 percent of human-related nitrous oxide, which has 296 times the Global Warming Potential (GWP) of CO2. Most of this comes from manure.

And it accounts for respectively 37 percent of all human-induced methane (23 times as warming as CO2), which is largely produced by the digestive system of ruminants, and 64 percent of ammonia, which contributes significantly to acid rain.

Livestock now use 30 percent of the earth’s entire land surface, mostly permanent pasture but also including 33 percent of the global arable land used to producing feed for livestock, the report notes. As forests are cleared to create new pastures, it is a major driver of deforestation, especially in Latin America where, for example, some 70 percent of former forests in the Amazon have been turned over to grazing.

What a surprise!
The most serious environmental problems of our time are all directly linked to eating meat. Every minute of every working day, thousands of animals are killed in slaughter-houses. Pain and misery are common. In the US alone, 500,000 animals are killed for meat every hour.

Environmental organizations agree: eating meat wastes natural resources, pollutes the water, destroys topsoil, and contaminates the air for everyone.
A major study a few years ago reconfirmed that those who ate the most meat were also at the greatest risk for heart disease. The correlation between meat consumption and a wide range of degenerative diseases is well founded just like osteoporosis, diabetes, muliple sclerosis and also obesity.

Animal foods are higher in fat than most plant foods, particularly saturated fats. Plants do not contain cholesterol. Organic foods from plants is really healthy foods.
Eating your organic veggies is good for your health, good for the environment, and, of course, good for animals ! So, go organic for your health !

Climate change is in the news. It seems like everyone's "going green." We're glad you want to take action, too. Luckily, many of the steps we can take to stop global warming and climate change can make our lives better. Our grandchildren-and their children-will thank us for living more sustainably. Let's start now and fight global warming. We can start try to reduce our meat consumption step by step today, before we to be vegetarian.



Please make a difference today by pledging to be vegetarian for one week or one month. And if you're already vegetarian, you can help by asking your friends and family to sign the pledge to be vegetarian ! So, be vegetarian to save environment and save the Earth ! Let's go 'SAYANGI BUMI' from now and back to nature !

Senin, 17 Agustus 2009

Sayangi Bumi: Manfaatkan Barang Plastik Bekas Untuk Pot Tanaman

Barang plastik bekas seperti: ember bocor/pecah, wadah bekas cat dinding baik yang 1 liter, 5 liter atau 1 peil (25 liter), wadah bekas air minum kemasan gelas atau botol, pipa pvc bekas potongan, drum air atau drum plastik bekas mulai dari yang kecil sampai dengan yang 200 liter, dan lain sebagainya, jangan dibuang percuma! Ingat semua sampah berbahan dasar plastik tidak mudah hancur, membutuhkan waktu 200 sampai 400 tahun bagi Bumi untuk mengurai sampah plastik ini. Ayo kita gunakan kembali barang-barang plastik tersebut diatas (kegiatan REUSE), sambil kita kreasikan kembali menjadi pot-pot tanaman yang indah (kegiatan RECYCLE). Dengan demikian sedikitnya kita sudah ambil bagian Gerakan kurangi sampah plastik dan menanam pohon secara massal (GO GREEN), untuk menghijaukan dan memperindah lingkungan dimulai dari halaman rumah masing-masing walaupun sekecil apapun luas halamannya. Jangan ragu, ayo mulai menanam pohon hari ini! Semakin banyak pohon yang ditanam oleh warga Bumi (apalagi dilakukan secara serentak), maka semakin banyak Gas Rumah Kaca CO2 yang dapat kita reduksi, dan juga udara di lingkungan kita semakin segar, karena pohon-pohon yang kita tanam merupakan pabrik Oksigen alami. Kita manfaatkan barang-barang bekas untuk wadah pot tanaman, gunakan media tanam dengan menambahkan pupuk alamiah kompos bekas sampah organik atau pupuk kandang, lalu penyiramannya bisa kita manfaatkan air tadahan hujan, air kolam (jika memelihara ikan dsb) atau air bekas mencuci beras, sayur dan buah.

Penggunaan barang bekas merupakan bagian dari kegiatan 'Sayangi Bumi' dalam rangka memerangi Pemanasan Global yang terjadi saat ini (Fight Global Warming, Save the Earth). Lakukan 3 hal: REUSE, REDUCE, RECYCLE dalam kehidupan sehari-hari, kita harapkan laju kecepatan Pemanasan Global dapat direduksi, agar tercipta lingkungan yang lebih baik, yang dapat kita wariskan kepada anak cucu kita.

Ayo bersama-sama kita 'SAYANGI BUMI'.




Wadah plastik cat kedap air dan potongan pipa pvc sisa proyek bisa dijadikan pot tanaman air



Kaleng cat dinding dan wadah bekas air kemasan bisa dijadikan pot tanaman hias dan pembibitan tanaman



Ember plastik bekas pakai yang bocor atau pecah juga bisa dimanfaatkan untuk pot tanaman hias



Plastik bekas wadah cat dinding isi 5 liter bisa dijadikan pot tanaman hias dengan kreasi memberi sobekan vertikal atau diagonal pada selubungnya sehingga memberikan kesan menarik setelah diisi media tanam seperti tanah



Untuk pohon yang lebih besar bisa memanfaatkan drum plastik 200 liter (drum plastik lebih baik dari pada drum kaleng karena bisa hancur karena karat) yang dibelah dua dan diberikan motif gelombang pada saat pemotongan serta diberi finishing cat besi tempa. Drum bekas sangat cocok dijadikan wadah pot tanaman buah yang dikenal dengan 'tabulampot' (tanaman buah dalam pot).

Senin, 03 Agustus 2009

Es Kutub Utara dan Selatan Mencair. Indonesia Rentan Bencana Alam



Sejak tahun 2004 setidaknya sudah 42 persen es di kutub utara semakin menipis dan mencair di setiap musim panasnya, demikian laporan beberapa ilmuwan di lembaga antariksa AS, NASA seperti tertulis pada KOMPAS.com Selasa 21 Juli 2009.

Melalui laporan yang dikirim pesawat antariksa ICESat yang digunakan NASA, para ilmuwan menggambarkan, secara keseluruhan es Laut Kutub Utara menipis sebanyak 7 inci (17.78 centimeter) per tahun sejak tahun 2004, sebanyak 2,2 kaki (0,67meter) selama empat musim dingin. Temuan dilaporkan pada "Journal of Geophysical Research- Ocean". Tanpa lapisan es, perairan gelap Laut Kutub Utara lebih mudah menyerap panas sinar Matahari dan bukan memantulkannya sebagaimana terjadi pada es yang berwarna cerah, sehingga mempercepat dampak Pemanasan Global.

Es Kutub Utara merupakan salah satu faktor yang menentukan pada pola cuaca dan iklim global, karena perbedaan antara udara dingin di kedua kutub Bumi dan udara hangat di sekitar Khatulistiwa menggerakakan arus udara dan air, termasuk arus yang memancar.

Bagaimana dengan Lapisan Es di Kutub Selatan ? Beberapa ilmuwan Selandia Baru telah memperingatkan bahwa Kutub Selatan mencair lebih cepat dari perkiraan. Profesor Peter Barrett dari Antarctic Research Center, Victoria University mengatakan, jumlah es yang hilang mencapai 75 persen sejak tahun 1996. "Hilangnya es global dari Greenland, Antartika dan gletser lain menunjukkan permukaan air laut akan naik antara80 centimeter dan 2 meter sampai tahun 2100", kata Barrett.

Studi terbaru yang dimuat di Journal of Climate American Meteorogical Society's melaporkan bahwa: "Temperatur rata-rata permukaan naik 9,3 derajat Fahrenheit (5,2 derajat Celcius) sampai 2100", kata beberapa ilmuwan di Massasuchusetts Institute of Technology (MIT), dibandingkan studi tahun 2003 yang memperkirakan suhu permukaan rata-rata 4,3 derajat fahrenheit (2,4 derajat Celcius).

Bagaimana dampaknya terhadap Indonesia ? Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Tentu mudah ditebak akan banyak pulau-pulau kecil yang akan hilang dan tenggelam serta pulau besarnya akan kehilangan kota pesisir dan secara keseluruhan luas daratan akan mengecil. Akibat selanjutnya adalah penduduk harus pindah/mengungsi, kekeringan akan semakin parah mengakibatkan musibah gagal panen dan kebakaran, curah hujan semakin ekstrim menyebabkan musibah banjir dan longsor, petani/nelayan akan kehilangan mata pencaharian karena perubahan iklim semakin sulit diprediksi, produk makanan semakin langka, kelaparan dimana-mana, wabah penyakit semakin meluas.

Pada skala dunia, selain hal-hal tersebut diatas terjadi, kenaikan suhu rata-rata Bumi 2 derajat celcius saja, sudah akan membuat Perubahan Iklim semakin kacau, hujan badai angin topan, kekeringan akan semakin sering terjadi, sebanyak 20 sampai dengan 30 persen spesies tumbuhan beserta hewan akan musnah, terutama yang gagal beradaptasi terhadap Perubahan Iklim yang terjadi. Contoh nyata yang akan kita lihat adalah keberadaan beruang kutub yang mungkin tinggal menunggu waktu akan semakin langka dan bahkan akan musnah. Apalagi jika benar-benar suhu permukaan rata-rata akan terjadi sekitar 5,2 derajat Celcius, sungguh hal ini akan mengancam 70 persen tumbuhan dan mahluk hidup di bumi, semua hewan termasuk manusia tanpa kecuali.

Akankah kita tetap berpangku tangan, membiarkan bencana akibat Pemanasan Global (Global Warming) terjadi ? Ayo sesama warga Bumi, kita harus lebih dan ekstra lebih perduli dengan keadaan Bumi yang semakin renta, yang harus kita rawat, kita jaga dan kita sayangi. Ayo kita Sayangi Bumi.

Selasa, 28 Juli 2009

Gletser Greenland Juga Terancam



Menurut KOMPAS Jumat 10 Juli 2009 halaman 9 tentang Lingkungan, salah satu gletser terbesar dunia, di pantai barat Greenland, sedang tenggelam dengan kecepatan yang mengkhawatirkan. Ini adalah akibat pelelehan lapisan es dengan konsekuensi yang cukup mengkhawatirkan.

Demikian dikatakan Andreas Peter Ahlstroem, peneliti dari Geolological Survey of Denmark and Greenland, Kamis (9/7) di Ilulissat. Ahlstroem adalah pakar gletser ternama Denmark.

Permukaan Gletser di Ilulissat, lapisan es raksasa yang terdaftar di UNESCO, menurun dengan melibatkan kawasan seluas 15 kilometer persegi sejak tahun 2001. "Pelehan es tidak pernah terjadi secepat itu," katanya.

Shfagat Abbas Khan, pakar gletser dari Danish Space Center, mengatakan, "Ilulissat kehilangan lapisan es lebih dari 30 kilometer kubik per tahun, lebih tinggi dari kehilangan 10 kilometer kubik pada 2000 dan hanya 5 kilometer kubik pada 1992."
Khan juga menambahkan, "Kita harus menekan emisi CO2 untuk mengurangi pelelehan."

Sebuah panel ahli PBB memperkirakan jika lapisan es di kutub Utara berlanjaut dengan kecepatan yang terjadi sekarang, permukaan air laut akan naik sekitar 59 sentimeter pada tahun 2100.

Khan mengingatkan pelelehan akan meluas ke seluruh Greenland, yang memiliki lapisan es 1,7 juta kilometer persegi. "Pelelehan es pada musim panas lebih banyak ketimbang penumpukan es pada musim dingin," lanjut Khan.

Ahlstroem juga mengatakan bahwa kecepatan pelelehan es itu bisa meningkat lagi. Para pakar telah memperingatkan, Pemanasan Global telah memberi dampak buruk berupa bencana alam. Frekuensi bencana alam akhir-akhir ini terjadi lebih sering dibandingkan dengan di masa lampau.

Demikian artikel tersebut di atas, telah memberikan gambaran langsung terkini akibat Pemanasan Global dan dampak Perubahan Iklim. Tidak ada jalan lain bagi kita sebagai warga dunia untuk lebih perduli terhadap keadaan Bumi melalui tindakan nyata agar dampak Perubahan Iklim bisa ditekan seminimal mungkin.

Oleh karena itu, sekali lagi: "Ayo kita Sayangi Bumi."

Kamis, 04 Juni 2009

SAYANGI BUMI, HENTIKAN PEMANASAN GLOBAL


Pemanasan Global atau lebih populer disebut Global Warming, merupakan istilah yang dipergunakan untuk menunjukan keadaan atau proses naiknya suhu rata-rata pada atmosfer, laut dan permukaan bumi yang diakibatkan oleh Perubahan Iklim.

Penyebab terjadinya Pemanasan Global adalah aktivitas manusia yang menyumbang 90% Gas Rumah Kaca (terdiri dari CO2 - Karbondioksida, CH4 - Metana, N2O - DinitroOksida) di atmosfer bumi. Gas Rumah Kaca sendiri berfungsi untuk menjaga suhu di Bumi agar tetap layak huni yaitu disekitar 14,5 derajat Celcius. Namun semakin tinggi aktivitas manusia yang menyumbang Gas Rumah Kaca, yang mempunyai kemampuan untuk menangkap sinar inframerah matahari yang dipantulkan bumi, maka semakin besar kandungan Gas Rumah Kaca yang terperangkap bersama radiasi panas dari cahaya matahari di atmosfer bumi. Fenomena ini disebut Efek Rumah Kaca (Green House Effect), yang mengakibatkan iklim di bumi semakin panas. Jika diibaratkan Gas Rumah Kaca ini disebut sebagai 'selimut bumi', semakin bertambah ketebalan selimutnya maka semakin gerahlah suhu di bumi.

Perubahan Iklim yang drastis akan memicu banyak bencana di Bumi, misalnya seperti: kekeringan, hujan badai, angin tornado, banjir, sampai dengan kegagalan panen pada pertanian. Dampak Pemanasan Global sekarang sudah terlihat dengan mencairnya es pada musim panas tahun 2007 di Arktika dan Greenland mencapai volume lebih dari 19 juta ton, fenomena lainnya pada tanggal 8 Maret 2008 beting es Wilkins di Antartika yang berusia 1500 tahun, runtuh dan pecah seluas 414 kilometer persegi. Sungguh tak terbayangkan jika sebagian besar es di kutub Bumi mencair, akan banyak kota-kota pantai di dunia akan tenggelam dan hilang dari gambar peta Bumi yang ada sekarang. Di kota Jakarta dan Semarang pada beberapa tahun belakangan sering terjadi Rob, yaitu fenomena banjir yang diakibatkan oleh air laut masuk ke daratan pantai. Kota sejuk tempat orang Jakarta berlibur seperti kota Bogor, Cianjur (Puncak) dan Bandung, suhu udara pada siang hari terasa lebih menyengat, dibandingkan dengan beberapa tahun yang lalu. Suhu udara rata-rata di dunia, perlahan dan pasti terus meningkat. Jadi peristiwa Pemanasan Global sebenarnya sudah terjadi di depan mata !

Berdasarkan data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang dikeluarkan Food and Agriculture Organization (FAO) tahun 2006 yang berjudul Live-stock's Long Shadow, dan tahun 2008 dengan judul Kick the Habit, sumbangan Gas Rumah Kaca terbesar berasal dari industri peternakan (18%), selanjutnya dari buangan emisi kendaraan bermotor di dunia (13,5%). Banyak ladang peternakan di dunia dibuka dengan mengkonversi lahan hutan produktif, sehingga mengakibatkan kemerosotan lahan, perubahan iklim, polusi air, dan punahnya keanekaragaman hayati. Sebagai gambaran Negara di Eropa mengimpor sekitar 70% protein nabati dari kedelai, jagung dan gandum untuk pakan ternak, padahal di beberapa peloksok dunia masih banyak musibah kelaparan. Sekitar dua pertiga ladang pertanian di muka bumi dimanfaatkan untuk peternakan. Energi listrik yang dibutuhkan untuk peternakan sungguh boros, mulai dari penerangan, penghangat ruang, mesin pemotong, dan mesin pendingin untuk penyimpanan daging, dibutuhkan mulai dari rumah jagal, distributor, pengecer, pasar, rumah makan sampai dengan konsumen.

Bagaimana kita 'Menyayangi Bumi' ?

Apabila kita menyayangi seseorang tentu kita tidak ingin terjadi sesuatu hal yang mencelakakan orang yang kita sayangi, demikian pula dengan Bumi kita, tempat tinggal seluruh manusia di dunia, harus kita sayangi dengan membuatnya menjadi tempat tinggal yang aman dan nyaman dengan tidak merusak, melukai atau mencelakakannya.

Untuk menghentikan Pemanasan Global, memang bukanlah pekerjaan sederhana, tapi kita juga tidak boleh bersikap masabodoh, tidak mau tahu, biar saja yang mengurusi pemimpin dunia, pemerintah atau pun lembaga swadaya masyarakat saja. Sungguh kita bisa memulai dari hal-hal kecil, mulai dari diri sendiri, keluarga serta lingkungan kita. Ingatlah pepatah 'Sedikit-sedikit, lama-lama bisa menjadi bukit', bayangkan jika kita sebagai warga dunia semua 'kompak' secara bersama-sama, bersatu padu untuk melakukan hal-hal kecil yang bermanfaat untuk mengurangi, penderitaan Bumi dari fenomena Pemanasan Global sehingga bisa menuju masa depan yang lebih baik.

Jika kita lihat data PBB di atas, penyebab terbesar Gas Rumah Kaca berasal dari peternakan, maka yang kita bisa mulai lakukan adalah mengurangi atau kalau bisa berhenti makan daging serta produk susu olahannya. Segi positif hal ini, selain dapat mengurangi atau memutus mata rantai penghasil Gas Rumah Kaca, tentunya dari segi kesehatan kita bisa mencegah penyakit stroke, jantung, obesitas dan diabetes yang penyebab utamanya antara lain adalah: kurang serat, tinggi lemak, kurang olah raga, hiperkolesterol dan merokok. Sebagai gambaran, negara maju giat mengkampanyekan The New Four Food Groups yang terdiri dari: biji-bijian, sayur-sayuran, buah-buahan dan kacang-kacangan.

Untuk mengurangi gas buangan emisi kendaraan bermotor, kita bisa melakukan jalan kaki atau bersepeda untuk tujuan misalnya belanja kebutuhan sehari-hari ke pasar/supermarket terdekat. Hal ini sekali lagi selain 'menyehatkan Bumi' juga bisa 'menyehatkan kita'. Untuk tujuan bepergian yang lebih jauh jika memungkinkan, menggunakan kendaran umum pengangkut massal seperti busway dan kereta api, atau bisa juga berkendaraan pribadi tapi secara bersama-sama teman yang searah, setujuan. Mengisi bahan bakar dan memanfaatkan sumber energi yang ramah lingkungan, ingat kita punya matahari, panas bumi, angin dan air sebagai sumber energi dari alam dan gratis. Matikan penerangan listrik di siang hari dengan memanfaatkan sinar matahari dan tidak perlu penyejuk udara buatan (AC), jika jendela rumah kita berfungsi sebagai ventilasi alam yang baik. Gerakan menanam pohon secara massal (Go Green), harus segera dan terus menerus dilakukan, karena pohon-pohon merupakan pabrik oksigen yang dapat menjadi 'paru-paru' di sekitar rumah, lingkungan dan kota.

Ada empat prinsip dasar untuk mengurangi dampak Pemanasan Global yang bisa kita ingat dan lakukan, yaitu:
1. REUSE (Gunakan kembali): Gunakan kembali kertas, plastik, kaleng bekas, botol, amplop,
baju bekas untuk keperluan lain sehari-hari.
2. REDUCE (Kurangi pemakaian, pembelian, berhemat): Belanja hemat seperlunya, bawa
peralatan makan/minum sendiri, pakai peralatan listrik seperlunya/jangan tercolok jika
tidak dipakai, gunakan produk lokal, jangan terlalu sering buka lemari es, gunakan sapu
tangan dari pada tissue.
3. RECYCLE (Daur Ulang): Jangan buang barang-barang rusak yang terbuat dari: kaca, plastik,
kertas, aluminium, besi, kain karena bisa didaur ulang menjadi barang lain, atau dikreasikan
menjadi barang kerajinan tangan.
4. RESPECT (Rasa menghargai): Sayangi bumi jangan kotori dengan buangan sampah di tempat
sembarangan, pilah mana yang organik dan non organik, rawat barang secara optimal, buka
kran air seperlunya, jangan sisakan makanan/minuman, gunakan barang-barang yang ramah
lingkungan, tidak mencemari Bumi beserta air dan udaranya, sumbangkan barang yang masih
bisa dimanfaatkan orang lain tapi kita sudah tidak ingin memakainya, manfaatkan air hujan
dan air bekas cucian beras misalnya untuk menyiram tanaman di halaman rumah.

Penutup.

Pemanasan Global yang terjadi akibat Perubahan Iklim, bukan sekedar wacana, tetapi memang sudah terjadi di depan mata. Oleh karenanya, sebagai sesama warga Bumi, kita harus bertekad
secara bersama melakukan 'Gerakan Menyayangi Bumi', melalui tindakan-tindakan kecil seperti yang diuraikan di atas, dimulai dari rumah sendiri kemudian ditularkan kepada tetangga dan lingkungan sekitar. Ada 1001 Cara Mengatasi Pemanasan Global Dimulai dari Rumah, silahkan klik disini. Ayo, mulai hari ini kita lakukan 'Gerakan Menanam Pohon' (Go Green), agar lingkungan dan Bumi kita tetap hijau, udara menjadi segar dan yang terpenting CO2 di udara dapat dinetralisir. Pada skala industri, sudah saatnya diterapkan teknologi yang ramah lingkungan. Meminjam istilah yang menjadi tema Hari Lingkungan Hidup Sedunia (World Environment Day) di setiap tanggal 5 Juni, yang untuk tahun ini bertema: Bersama Selamatkan Bumi dari Perubahan Iklim (Unite to Combate Climate Change), mari bersama-sama kita: SAYANGI BUMI.