Jumat, 26 Maret 2010
Hutan Hilang Banjir dan Longsor Datang: Jangan Lupa Dukung ‘Earth Hour’… !
Laju hilangnya hutan Indonesia dalam 50 tahun terakhir sungguh sangat mengkhawatirkan. Kerusakan sampai dengan hilangnya hutan terjadi karena penebangan liar (illegal logging), HPH yang kurang memperhatikan laju pertumbuhan pohon, kebakaran hutan serta alih fungsi hutan menjadi areal pemukiman dan perkebunan.
Sebagai gambaran, sejak tahun 1996 laju hilangnya hutan kita mencapai 2 juta hektar per tahun atau seluas lebih dari 3 kali kota Jakarta atau jika dirata-rata mencapai 6 kali luas lapangan sepak bola per menitnya…!!! Sungguh sebuah angka fantastis dan mengerikan.
Oleh karenanya, tidaklah mengherankan jika pada puncak musim hujan kali ini, bencana banjir dan longsor terjadi di berbagai tempat di Indonesia, baik di Pulau Jawa, Sumatera mau pun Kalimantan.
Pada kasus banjir Karawang dan Bandung Selatan yang terus berulang, kerusakan dan hilang atau gundulnya hutan terlihat simultan mulai dari hulu sampai hilir pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum, demikian juga dengan jaringan irigasi yang mengikutinya. Dengan kondisi alam seperti itu, dipastikan hutan tak mampu lagi menahan curah hujan tinggi dan memicu Bendungan Cirata, Saguling, dan Jatiluhur meluap serta membanjiri daerah hilir, seperti Karawang dan Bekasi.
Jika keadaan ini dibiarkan, kondisi ini akan mengancam ketahanan pangan Jawa Barat, salah satu lumbung padi nasional. Coba lihat, akibat banjir Citarum kali ini, sekitar 250 km atau 70 persen dari total 350 km jaringan irigasi di Jabar saat ini sudah tidak berfungsi. Akibatnya, saluran irigasi tidak optimal menyalurkan air dari sungai.
Kerusakan saluran pembuangan terparah terjadi di Kabupaten Bandung dan kawasan pertanian di pesisir utara Jabar, yaitu Karawang, Cirebon, hingga Indramayu, mencapai luasan 817 hektar dan tersebar di tujuh kecamatan, yakni Teluk Jambe Timur (180 ha), Karawang Barat (9 ha), Klari (5 ha), Ciampel (67 ha), Teluk Jambe Barat (130 ha), Batujaya (32 ha), dan Pakisjaya (342 ha). Usia padi 1-10 hari (persemaian) dan sekitar 50 ha usia 11-100 hari, hampir bisa dipastikan akan mengalami gagal panen.
Selain pertanian, banjir juga telah menghambat pergerakan roda ekonomi karena turut terendamnya sebagian sentra industri Baleendah Bandung dan pemukiman penduduk di sekitar 22.000 rumah pada 35 desa di 10 kecamatan yang terendam banjir di Karawang, Jawa Barat. Bencana Banjir Lumpur (galodo) dan tanah longsor juga dialami di Kabupaten Solok (16/3), Kabupaten Limapuluh Kota, Kota Payakumbuh, serta Kabupaten Tanah Datar pulau Sumatera. (Sumber berita: Kompas cetak tanggal 24-26/3 halaman 1)
Kerusakan lingkungan dan hutan hulu DAS menjadi faktor utama penyebab terjadinya banjir, selain itu faktor curah hujan di atas rata-rata selama beberapa hari karena cuaca ekstrim mengakibatkan air hujan kurang bisa diserap oleh tanah sekitar hulu DAS menjadikan tumpahan air hujan seperti digelontor langsung ke sungai dan waduk yang ada.
Tingginya curah hujan di kawasan Bandung dikuatkan oleh laporan yang disampaikan prakiraan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika. Sejak Februari hingga Maret, curah hujan lebat kerap terjadi, terutama pada sore hari, dan beberapa kali disertai dengan hujan es. Potensi hujan semacam ini masih bisa berlangsung sampai dengan akhir April 2010 ini, oleh karenanya tetap waspadalah…!.
Masalah cuaca ekstrim berupa hujan badai, angin puting beliung, tidak terlepas dari peristiwa Pemanasan Global (global warming) dan Perubahan Iklim (climate change) yang terjadi di Bumi kita, sekarang ini. Sehubungan dengan itu, tidak ada kata terlambat untuk menyelamatkan sisa hutan yang ada.
Ayo kita lakukan langkah-langkah kecil untuk mencegah pemanasan Global, seperti: melakukan penghijauan lingkungan mulai dari halaman rumah masing-masing, bijak menggunakan barang yang diolah dari kayu hutan seperti kertas, tissue dan sebagainya, gunakan kembali barang-barang (reuse), penghematan barang (reduce), daur ulang (recycle) dan yang tidak kalah pentingnya melakukan hemat BBM, hemat air dan hemat listrik.
Matikan listrik selama satu jam saat Earth Hour.
Berkaitan dengan hemat listrik, kita dukung kampanye global ‘Earth Hour’ dengan cara mematikan listrik selama 1 jam pada hari Sabtu 27 Maret 2010, mulai pukul 20.30 sampai dengan pukul 21.30.
Earth Hour ini merupakan kampanye World Wildlife Fund yang dimulai pada tahun 2007 dan telah berhasil mengajak jutaan orang untuk berpartisipasi. Bahkan, pada tahun 2009 miliaran orang turut ambil bagian di 4.000 kota di 88 negara di Bumi.
Kota Jakarta untuk kedua kalinya akan berpartisipasi dalam kampanye Earth Hour 2010. Gedung-gedung dan monumen khas Jakarta seperti Monumen Nasional dan Baiai Kota serta Bundaran Hotel Indonesia dan banyak gedung di kawasan segitiga emas tahun lalu sukarela memadamkan dan akan padam lagi pada saat jam tersebut dan diharapkan bisa diikuti ke semua wilayah Jakarta. Dan setelah Jakarta menjadi pelopor, acara Earth Hour diharapkan dapat diikuti secara massal oleh kota-kota besar lainnya di Indonesia. Pemerintah Kota Yogyakarta, Surabaya, dan Bali juga telah menyatakan dukungannya terhadap program penyelamatan lingkungan ini.
Jika Earth Hour 2009 menghasilkan penghematan listrik 50 megawatt, acara serupa yang disponsori tahun ini ditargetkan dapat menghemat listrik 100 megawatt. Penghentian penggunaan listrik selama satu jam itu diperkirakan juga dapat mengurangi emisi karbon dioksida (CO) penyebab Pemanasan Global sebanyak 260 ton.
Ayo kita simak video kampanye Earth Hour 2010, yang dibuat WWF berikut ini, dan jangan lupa dukung dengan mematikan lampu selama 1 jam, yaa hanya 1 jam. Jika saudara kita di Bali bisa melaksanakan Hari Nyepi selama 1 hari penuh tanpa listrik, kita pasti bisa melakukannya hanya 1 jam, demi kebaikan Bumi kita yang cuma satu ini.
Ayo kita Sayangi Bumi, ayo kita peduli Bumi...!!!
Sumber berita: Kompas Cetak
Sumber video: WWF YouTube,
Informasi lengkap Earth Hour WWF di http://www.earthhour.wwf.or.id/
Rabu, 10 Maret 2010
Humor Serius Penghijauan Lingkungan: Katakan Cinta Dengan Bunga… Berikut Pohonnya !!!
Ingin tahu cara mengutarakan perasaan cinta yang ramah lingkungan…? Bisa dicoba yang ini, berilah bunga kesayangan sang kekasih atau camer (calon mertua), tapi jangan cuma bunganya, berikan komplit dengan pohonnya, jika perlu berikut dengan potnya yang indah. Yang ini bunga beneran lho, bukan bunga bank… tapi kalo bunga yang terakhir disebut ini diikutsertakan juga sebagai bonus tambahan, mungkin bisa ‘tokcer’ juga…hehehe. Hal lainnya, jenis bunga juga turut menentukan. Janganlah memberikan bunga bangkai, selain baunya yang tidak sedap seperti bangkai, cari pohonnya juga susah kaleee..dan yang pasti tidak boleh diambil sembarangan karena dilindungi oleh Negara sebagai puspa langka.
Ada alasan yang sangat rasional tentang pemberian bunga berikut pohonnya ini, yaitu jika bunga petik hanya akan bertahan dalam hitungan hari, bahkan cuma beberapa jam, tapi jika tetap dipohonnya, bisa bertahan lebih lama, lebih segar, lebih indah, alamiah dan yang pasti sangat ramah lingkungan karena mempunyai kesempatan untuk terus berfotosintesis menetralisir gas emisi CO2 penyebab pemanasan global, sekaligus memproduksi oksigen yang sangat menyegarkan udara dan pernafasan kita.
Mengutarakan perasaan cinta kepada seseorang bisa dilakukan dengan berbagai cara. Bisa dengan rangkaian puisi yang indah ataupun lagu yang mendayu-dayu sampai membuat pasangan ‘klepek-klepek’. Memberikan paket pohon bunga, pohon buah atau pun pohon hias pada saat ini, dimana dampak negatif pemanasan global dan perubahan iklim sudah sangat kita rasakan, sangat bermanfaat langsung, tidak hanya pada orang yang menerimanya tapi juga bermanfaat bagi Bumi...!!!
Cinta yang dimaksud disini bersifat sangat universal, tidak hanya menyangkut perasaan manusia yang sedang kasmaran, tetapi lebih dari itu. Kita bisa memberikan bibit pohon kepada siapa saja… selain kekasih, calon mertua bisa juga kepada teman, saudara, relasi bisnis, atau siapa pun Dan agar pemberian dan penanaman pohon ini lebih mempunyai makna yang lebih berarti, bisa kita kaitkan pada segala kejadian yang mengikuti hidup dan kehidupan kita. Misalnya bisa dimulai dari saat pernikahan, kelahiran anak, ulang tahun, hari bumi, hari lingkungan hidup dan saat-saat istimewa lainnya, dan bahkan kita bisa menyumbang bibit pohon atas nama keluarga kita yang sudah meninggal… !! Sehingga seiring dengan berjalannya waktu, pohon tersebut turut menjadi saksi sejarah dari orang maupun keluarga yang bersangkutan.
Program One Man One Tree (satu orang menanam satu pohon), pernah dicanangkan Presiden SBY pada Hari Penanaman Pohon Nasional tanggal 28 November 2008 di Cibinong, Jawa Barat dan ditindaklanjuti dengan surat edaran Menteri Kehutanan RI, Nomor S.87/Menhut-V/2009 Tangggal 10 Februari 2009 kepada seluruh provinsi, agar turut mensukseskan program ini. Dengan target asumsi jika seluruh penduduk Indonesia mengikuti program ini, maka Negara kita bisa menambah pohon sedikitnya 230 juta pohon per tahunnya sejak program ini efektif diberlakukan sepanjang tahun 2009. Sungguh suatu jumlah yang sangat signifikan dan bermanfaatnya bagi hijau, sehat dan indahnya Bumi Pertiwi.
Berkaitan dengan itu, ada beberapa kebijakan unik dan kreatif yang diterapkan di beberapa daerah, misalnya Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kuningan, mengeluarkan kebijakan peduli lingkungan antara lain: Pepeling (Pengantin peduli lingkungan), rehab situ dan pembangunan embung air, PHBM (Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat) Kolaboratif, pembangunan Kebun raya Kuningan, pelestarian satwa dan ikan, dan Kuningan Car Free Day.
Khusus dalam program Pepeling, tiap calon pengantin dianjurkan menyediakan 5 sampai 10 bibit pohon sebagai penyerta mahar. Bibit pohon tersebut diserahkan ke petugas pencatat pernikahan untuk ditanam di lahan kritis di daerahnya atau di lahan kosong milik sendiri, dan sebagai penanda, bibit pohon diberi label nama pengantin dan tanggal pernikahan. (Sumber berita: Kompas cetak 10/03/2010 hal.19)
Di Kabupaten Gresik lain lagi, melalui Peraturan Bupati (Perbub) Nomor 19 tahun 2008, ditegaskan setiap ada orang meninggal ahli warisnya wajib menanam pohon produktif atau pohon penghijauan sebagai kompensasi mendapat dana santunan kematian Rp 1 juta. Sedangkan setiap pegawai negeri sipil yang naik pangkat atau jabatan juga diwajibkan menanam satu pohon di lingkungan sekitarnya atau tempat umum.
Sebelumnya program penanaman yang disebut pohon jariyah sudah diterapkan berupa himbauan sejak tahun 2006 lalu. Hingga saat ini jumlah pohon yang sudah tertanam sebanyak 145.930 pohon. Jumlah pohon jariyah dari program santunan kematian sebanyak 18.167 pohon, dari unsur lainnya sudah tertanam 127.763 pohon. ( Selengkapnya baca: Warga Meninggal Ahli Waris Wajib Tanam Pohon dari Kompas.com )
Pada artikel humor yang lalu, penulis pernah mengungkapkan contoh sederhana untuk melaksanakan program ‘One Man One Tree’ ini. Jika satu keluarga memiliki dua anak, maka sebaiknya pada halaman rumah keluarga ini, minimal punya empat pohon utama yang terdiri dari dua pohon mewakili orang tua dan dua pohon mewakili anak.
Jadi jika si ayah bernama Firman, si ibu bernama Cinta dan dua anaknya bernama Kasih dan Sayang, boleh saja pohon tersebut kita sebut sebagai Pohon Firman, Pohon Cinta, Pohon Kasih dan Pohon Sayang, apa pun jenis pohonnya bisa berupa pohon hias, pohon bunga atau pun buah. Sungguh sangat indah bukan…?!
Penerapan program ini sangat mudah, bisa dikaitkan dengan peristiwa penting dari suatu keluarga yang mau untuk peduli lingkungan. Saat menjelang atau setelah pernikahan, luangkan waktu untuk menanam dua buah pohon yang bisa ditanam di halaman rumah jika cukup luas atau jika kurang memungkinkan cukup tanam di dalam wadah pot. Kedua pohon ini bisa menjadi saksi sejarah perjalanan hidup pasangan baru ini, oleh karenanya sudah seharusnya dirawat dengan menyiram dan memberi pupuk secara teratur agar bisa tumbuh dan berkembang dengan baik.
Dalam perjalanan hidup selanjutnya, jika pasangan baru ini dipercayakan Tuhan ‘dititipkan’ anak, maka ada baiknya peristiwa ini ditandai dengan penanaman pohon juga sebagai wujud ‘titipan’ kita terhadap Bumi yang lebih baik demi masa depan anak dan cucu kita juga, nantinya. Jadi ada penanda pada setiap peristiwa penting yang dilalui dengan pohon yang ditanam.
Saat mulai buat blog SAYANGI BUMI ini dan bergabung dengan Kompasiana tanggal 5 Juni 2009 bertepatan dengan Hari Lingkungan Hidup sedunia, penulis mengajak para pembaca untuk mulai menanam pohon, lewat artikel perdana yang berjudul: Sayangi Bumi: Ayo Tanam Pohon Hari ini, Peristiwa ini diabadikan dengan menanam pohon bunga kamboja dadu yang sebelumnya disiapkan bibitnya melalui stek batang dan pohon buah jambu cingcalo yang juga bibitnya telah disiapkan melalui cangkokan. Pohon tersebut ditanam di halaman depan rumah, dan tentunya bisa jadi ‘monumen pohon hidup’ sebagai pengingat sekaligus menghijaukan lingkungan.
Pada suatu kesempatan penulis, mengajak ibu mertua yang senang koleksi anggrek ke TMII, terus mampir ke sentra pohon anggrek dan membeli beberapa pohon sebagai ‘paket hadiah’ oleh-oleh. Karena memang cukup telaten, maka si anggrek pun beranak pinak dan kemudian paket anggrek tersebut, pada akhirnya anaknya dipaket balik diberikan kembali untuk menambah koleksi di rumah penulis. Pada kesempatan lain, penulis dapat paket pohon Naga dari kenalan sekaligus client. Oleh karena dia sedang mencari pohon palem merah setinggi 4 meteran yang kebetulan ada di taman rumah yang sedang di tata ulang… yaa jadilah rumpun palm merah tersebut di paket barter untuknya.
Kegiatan tukar menukar pohon semakin sering dilakukan mengingat adik kandung dan adik sepupu penulis, punya minat kegemaran yang sama yaitu berkebun. Dengan menerima paket, barter ditambah pembibitan, pembelian bibit pohon serta aksi tanam pohon yang cukup rutin, akhirnya tidak terasa koleksi pohon di halaman dalam plus depan rumah penulis, sudah mencapai lebih dari 50 jenis pohon yang terdiri dari pohon buah, bunga, hias dan bahkan pohon apotik hidup turut menghijaukan dan menyegarkan suasana di halaman maupun di dalam rumah.
Pada saat mengikuti Konferensi Perubahan Iklim (COP 15) Kopenhagen, Denmark, tanggal 7-18 Desember 2009 pemerintah mentargetkan penurunan emisi CO2 sebesar 28 % per tahun 2020. Untuk mencapai target tersebut, dalam acara Musyawarah Nasional Palang Merah Indonesia ke-19 di Jakarta, Senin 21 Desember 2009, Presiden SBY mentargetkan penanaman 1 miliar pohon tiap tahun mulai tahun 2010.
Departemen Kehutanan melalui siaran pers yang keluarkan oleh pada tanggal 15 Januari 2010 yang lalu, mengumumkan bahwa. penanaman dan pemeliharaan pohon sejumlah 1 miliar pohon, bertujuan untuk perbaikan lingkungan, rehabilitasi hutan, lahan, tanah dan air, serta mengendalikan bencana banjir, longsor dan kekeringan.
Untuk memenuhi penyediaan bibit sebanyak 1 miliar pohon, direncanakan sumber bibit berasal dari (1) Sumber anggaran DIPA BA tahun 2010 sebanyak 36 juta batang, (2) Partisipasi para pihak, seperti swasta, BUMN, LSM, Pemda dan lembaga donor, sebanyak 300 juta batang, (3) Hutan Kemasyarakatan dan Hutan Desa, seluas 500.000 ha (200.000 ha di Hutan Lindung dan 300 ha di Hutan Produksi), dengan jumlah bibit keseluruhan 320 juta batang, (4) RHL DAS seluas 300.000 ha dengan jumlah bibit 300 juta batang, (5) Hutan Rakyat Kemitraan seluas 50.000 ha dengan jumlah bibit 50 juta batang.
Semoga saja angka-angka tersebut bisa terealisasi dan dalam waktu 5 sampai 10 tahun mendatang, bangsa Indonesia akan menikmati indahnya bumi Indonesia yang semakin hijau berseri.
Gerakan penghijauan (Go Green) memang harus terus menerus kita lakukan untuk menetralisir gas emisi CO2 yang konsentrasinya semakin menumpuk di atmosfer bumi membentuk lapisan yang mengakibatkan terjadinya pemanasan global (global warming) dan perubahan iklim (climate change) di Bumi kita saat ini
Dan untuk mereduksi bahkan menghentikan laju kecepatan pemanasan global yang sederhana dan sangat mudah kita jalani ya… program menanam pohon satu orang satu pohon (one man one tree) ini dan jika targetnya ditingkatkan dari 230 juta menjadi 1 milyar pohon pertahun, maka tidak ada salahnya untuk tahun 2010 ini program satu orang satu pohon menjadi satu orang menanam empat atau lima pohon. Sebenarnya masih cukup mudah, jika kita mau melakukannya. Selain itu masih ada 1001 cara yang bisa kita lakukan demi hijaunya Bumi kita dan partisipasi kita untuk turut serta mengatasi pemanasan global dimulai dari rumah masing-masing seperti yang bisa dilihat disini.
Berbagai bencana alam seperti banjir, tanah longsor, hujan badai, angin puting beliung, gempa bumi dan sebagainya semakin sering terjadi di Bumi akibat pemanasan global dan perubahan iklim sekarang ini. Es di Kutub Utara dan Kutub Selatan pun perlahan dan pasti mencair dengan kecepatan yang sangat mengkhawatirkan sejak tahun 1996 dan masih terus berlangsung sampai saat ini. Jika segenap warga Bumi tidak mau tahu dan peduli tentang ini, maka bukannya tidak mungkin segala keaneka ragaman hayati termasuk manusia didalamnya akan turut musnah di telan bencana alam suatu saat nanti. Baru-baru ini, Minggu 07/03 The SUN melaporkan fenomena alam lain yang terjadi pada gunung salju di Antartika yang seolah sedang menangis darah, coba lihat foto dan laporannya disini.
Kembali ke pokok bahasan pada judul artikel ini, ‘Katakan Cinta dengan Bunga…Berikut Pohonnya !!!’ atau bisa juga diperluas dengan ‘Katakan Sayang dengan Memberi Buah…Berikut Pohonnya !!!’ Dengan melakukan ini, pasti dapat simpati dari Sang Kekasih atau Sang Camer (Calon Mertua) dan bahkan BUNGA dan BUAH pun pasti akan tersenyum senang karenanya. Tidak Percaya ?! Ayo kita tanyakan langsung… kepada BUNGAtiyem atau BUWAHyuni yang sudah menerima parsel khusus pohon bunga yang indah dan pohon buah segar dari sang calon menantu kesayangannya…!!!
Saatnya bertindak demi kebaikan Bumi dengan menghijaukan lingkungan, mulai dari diri sendiri, kita mulai dari lingkungan kita sendiri, kita mulai dari sekarang, agar Bumi tetap hijau indah, serta bisa kita wariskan sampai anak dan cucu kita nanti.
Salam humor dan tetap SAYANGI BUMI serta peduli lingkungan, demi Bumi yang cuma satu…!!!
Sumber Logo dari Dephut.go.id
Ilustrasi foto adalah dokumen pribadi.
Selasa, 09 Maret 2010
Fenomena Alam: Bumi Antartika Menangis Darah...!!!
Sebuah fenomena alam yang langka kembali terjadi.
Sebuah gunung es yang terdapat di Antartika, yaitu Gunung es Taylor mengeluarkan air berwarna merah darah. Aliran air keluar dari pecahan es yang membentuk celah kecil di permukaan es berwarna putih dan seolah membentuk air terjun, menjadikan gunung es tersebut seolah menangis mengeluarkan darah.
Warna merah yang mengalir terus tentunya bukanlah darah asli. Hal ini terjadi karena
campuran air dengan zat besi yang tersembunyi di bawah permukaan gunung. Air itu sendiri berasal dari sebuah danau kuno yang terletak sekitar 762 meter di dalam gunung es. Demikian diberitakan The Sun, Minggu (07/03/2010).
Selain itu, para peneliti menyatakan warna merah juga disebabkan ekosistem mikroba yang tersimpan di dalam tanah selama 2 juta tahun dan berevolusi tanpa panas, cahaya, atau pun oksigen. Akhirnya bakteri dari zat tersebut mendaur ulang asam sulfat sebagai sumber energi mereka.
Air ini temperaturnya sangat dingin hingga mencapai minus 5 derajat celcius dan para ahli menilai air ini terlalu asin dan sulit untuk membeku. Air semacam ini sebelumnya hanya dapat ditemui di permukaan planet Mars.
Semoga fenomena alam ini bukan merupakan pertanda bahwa Bumi memberi sinyal alarm baru dari segala bencana alam yang terjadi akibat pemanasan global dan perubahan iklim sekarang ini. Namun tidak ada salahnya, kita tingkatkan terus kepedulian kita kepada Bumi kita yang cuma satu ini. Ayo kita SAYANGI BUMI, mulai saat ini, dimulai dari diri sendiri melalui 1001 langkah-langkah kecil yang bisa kita lakukan dimulai dari rumah masing-masing, agar Bumi tetap bisa diwariskan sampai anak cucu kita nanti.
Sumber berita dari Okezone.com 07/03/2010
Label:
antartika,
fenomena alam,
menangis darah,
sayangi bumi
Langganan:
Postingan (Atom)